You guys gotta love this video.
I watched it and i really feel the sense of Christmas here.
This Airline knows how to treat their passengers and make them surprise.
well, i guess for them it is the best Christmas ever.
what we got here is not just the gift, but the feeling that we should love each other and the warm heart that want to help and make each other happy.
Happy watching ^^
http://www.godvine.com/What-This-Airline-Did-for-Its-Passengers-Will-Make-You-Tear-Up-So-Heartwarming-4378.html
Monday, December 16, 2013
Saturday, December 14, 2013
Hope
Di sebuah pemukiman kota Washington, tinggallah sekelompok warga yang berprofesi sebagai pelukis.
Salah seorang dari mereka adalah pelukis wanita penderita kanker paru-paru. Dokter menganjurkannya terus menumbuhkan semangat dalam dirinya agar segera sembuh dari penyakitnya.
Wanita itu terus menerus memikirkan penyakitnya dan kehilangan keyakinan. Bahkan ia mengatakan bahwa ketika daun-daun halaman rumahnya gugur, saat itulah dia akan mati.
Suatu hari terjadilah badai yang membuat daun-daun jatuh berguguran. Seorang tetangganya melukis badai itu dengan indah dan menghadiahkan kepadanya.
Wanita itu terkagum-kagum dengan lukisannya yang menggambarkan sebuah pohon mempertahankan satu helai daunnya ditengah badai yang menerpa.
Saat dia membuka jendela, wanita itu terkejut karena apa yang dilihatnya sama persis dengan apa yang ada di lukisan itu.
Akhirnya ia sadar bahwa sikapnya selama ini keliru. Dia selalu pesimis dengan keadaannya sedangkan pohon dengan satu helai daun itu saja memiliki kekuatan untuk bertahan dan memiliki pengharapan untuk bertahan hidup.
Wanita itu pun kemudian berjuang melawan penyakitnya. Lambat laun kesehatannya mulai membaik dan dinyatakan sembuh total.
Demikianlah, dalam kehidupan kita pun sering memiliki harapan. Namun di saat bersamaan, keinginan dan harapan hilang begitu saja karena pikiran negatif dalam diri kita.
Saat itulah semangat kita pun mulai kendor. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa. Tapi justru sebaliknya, kita akan kehilangan kesempatan untuk meraih keberhasilan yang kita inginkan.
Karena itu, jangan biarkan keraguan, ketakutan dan kekuatiran menghambat langkah kita untuk meraih apa yanjg kita impikan. Milikilah pengharapan agar kita mampu melihat dunia dan masa depan dengan penuh kepastian.
Alasan Dokter Negara Maju “Pelit” Memberikan Obat ke Anak
BELUM sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dr. Knol.
“Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection,” kata dokter tua itu.
“Ha? Just wait and see?” batinku meradang.
Ya, aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain.
“Obat penurun panas Dok?” tanyaku lagi.
“Actually that is not necessary if the fever below 40 C.”
Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter di sini pelit obat. Karena itu, aku membawa obat dari Indonesia.
Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya bertambah. Aku kembali ke dokter. Dia tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.
“Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok,” kataku
.
Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. “Apakah dia sudah minum suatu obat?”
Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,
“Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja.”
Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau!
Setibanya di rumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku.
“Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya. Mau 37, 38 apa 39 derajat, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!”
Sewaktu praktik menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi secuil-secuil ilmu kudapat. Seperti orang travelling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, dua hari ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas berdiam di Berlin dan Swiss, waktu habis. Tibalah saat pulang ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama. Banyak negara dan kota di Eropa belum disambangi. Itulah kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah yang kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng, kami mengintip resep ajian senior!
Setelah Malik sembuh, Lala, putri pertamaku sakit. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia. Batuknya tak hilang dan ingusnya masih meler. Lima hari kemudian, Lala kubawa ke huisart.
“Just drink a lot,” katanya ringan.
“Apa nggak perlu dikasih antibiotik, Dok?” tanyaku tak puas.
“This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik,” jawabnya lagi.
Lalu ngapain dong aku ke dokter,tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq!
“Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak.”
Ternyata isi obat Thyme itu hanya ekstrak daun thyme dan madu.
Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia.
Putriku sembuh. Sebulan kemudian sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit.
“Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya?”
Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,”Nothing to worry. Just a viral infection.”
“Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok,”
Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. “Do you know how many times normally children get sick every year?”
“Twelve time in a year, researcher said,” katanya sambil tersenyum lebar. “Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat,” sambungnya.
Aku pulang dengan perasaan malu. Barangkali si dokter benar, aku selama ini kurang belajar.
Setelah aku beradaptasi dengan kehidupan di Belanda, aku berinteraksi dengan internet. Aku menemukan artikel Prof. Iwan Darmansjah, ahli obat-obatan Fakultas Kedokteran UI.
“Batuk – pilek beserta demam yang terjadi 6 – 12 bulan masih wajar. Observasi menunjukkan kunjungan ke dokter terjadi 2 – 3 minggu selama bertahun-tahun.”
“Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan penanganannya, Pertama, obat diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 – 3 minggu dan perlu berobat lagi.
Duuh…kemana saja aku selama ini. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho!.
Di Belanda ‘dipaksa’ tak pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak, kondisi anakku jauh lebih baik. Mereka jarang sakit.
Aku tercenung mengingat ‘pengobatan rasional’. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yg kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan aku panik dan membawa ke dokter, sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional!
Sistem kesehatan Belanda menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.
Aku baru mengetahui ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga banyak negara termasuk Amerika Serikat, dipakai secara luas untuk anak-anak. Tetapi resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen tersedia di apotek dan boleh digunakan usia anak diatas 6 bulan, di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama anak demam.
Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan. Karena kekurangan dan ketidakmampuan penyakit anak sehari-hari, orang desa relatif ‘terlindungi’ dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, cukup berduit, melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, ‘memaksa’ agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter ‘menjual’ obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.
Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?
Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!
Aku sadar. Telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya ‘hanya’ konsultasi, memastikan diagnosa penyakit dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja.
Di Indonesia, ke dokter = dapat obat?
Sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi.
Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Setidaknya, bila pasien ‘bergerak’, masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan
Dikutip dari buku “Smart Patient” karya dr. Agnes Tri Harjaningrum, http://ibuhamil.com/ (04)
Forgiveness
Seorang Ibu Guru TK mengadakan "permainan", Ibu Guru menyuruh anak-anak muridnya membawa kantong plastik transparan 1b uah & kentang.
Masing-masing kentang tersebutb diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci. Sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa, tergantung jumlah orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentangpun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Ibu Guru:"Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu, anak-anak?"
Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut kemanapun mereka pergi.
Gurupun menjelaskan apa arti dari "Permainan" yang mereka lakukan.
Ibu Guru:
"Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.!"
Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi.
Itu hanya 1minggu, bagaimana jk kita membawa kebencian itu seumur hidup..?"
Alangkah tidak nyamannya..
Karena itu, lepaskanlah pengampunan kepada orang yang Anda benci.
Karena ketika anda tidak mau mengampuni, anda seperti sedang memegang bola berduri.
Semakin anda tidak mau melepaskan bola berduri itu, anda sendiri yang akan merasakan sakit.
Karena itu tidak ada jalan lain kecuali melepaskan pengampunan. Indahnya jika mampu melepas kebencian dan memberikan pengampunan.
Friday, December 13, 2013
Sombong
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.
Di tingkat pertama,sombong disebabkan oleh faktor materi.Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua,sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga,sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik...., Semakin tinggi tingkat kesombongan, Semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap.
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.
Di tingkat pertama,sombong disebabkan oleh faktor materi.Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di tingkat kedua,sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.
Di tingkat ketiga,sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang menarik...., Semakin tinggi tingkat kesombongan, Semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.
Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap.
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.
Cute Animal ♥
Now, this is between animal and animal. How they show their love to each other and how they act. enjoy (again) :D
Animal and Human ♥
This time, i'm gonna post some interactions between animals and humans and you guys gotta see how cute it is. Enjoy :D
Catching Fire
what i doing this few days is reading The Hunger Games Trilogy and now, i'm on my second book now : Catching Fire. Oh God, this book is awesome. i borrowed it from my friend. i must say that THESE BOOKS ARE AMAZING!!!!
I watched this movies and i imagine every single detail that i remember from the movie to this book and i realize there are some parts that they didn't include on the movies. they cut that part and change it, well, just like Harry Potter. They change some parts and i must thankful that i read the book so i know the complete and the original story, not just what i saw on the movies.
I really can't wait till i read Mockingjay. oh Gosh, i can't wait to know how this Hunger Games gonna end. especially when i watched Catching Fire and i don't like the end. it's like "huh? just that? you gonna end the second game just like this?" so... cause i can't wait to know how this Hunger Games gonna end, i decide to read the book and i can't endure not to say "THESE BOOKS ARE AWESOME!!!!!! TOTALLY RECOMMENDED"
You guys must read this book and i must say that im so amazed with how Suzanne Collins, the writer, tell the story.
Sunday, December 8, 2013
Happiness Depends On Ourselves
Jika KEKAYAAN bisa
membuat orang BAHAGIA, tentunya ADOLT MERCKLE, orang TERKAYA dari
JERMAN, tidak akan menabrakkan badannya ke KERETA API...
Jika KETENARAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya MICHAEL JACKSON, penyanyi TERKENAL di USA, tidak akan meminum OBAT TIDUR hingga OVERDOSIS...
Jika KEKUASAAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya G. VARGAS, Presiden BRAZIL, tidak akan menembak JANTUNGNYA...
Jika KECANTIKAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya MARLIN MONROE, artis CANTIK dari USA, tidak akan meminum ALKOHOL dan OBAT DEPRESI hingga OVERDOSIS...
Jika KESEHATAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya THIERRY COSTA, Dokter Terkenal dari PERANCIS, tidak akan membunuh dirinya akibat acara di TELEVISI..
Ternyata, BAHAGIA atau tidaknya hidup seseorang itu, BUKAN ditentukan oleh seberapa KAYANYA, TENARNYA, CANTIKNYA, KUASANYA, SEHATNYA atau SESUKSES apapun hidupnya.
Tapi yang bisa membuat seseorang itu BAHAGIA adalah DIRINYA SENDIRI... mampukah ia mau MENSYUKURI semua yang sudah dimilikinya dlm segala hal.
"Kalau KEBAHAGIAAN bisa DIBELI, pasti orang² kaya akan MEMBELI KEBAHAGIAAN itu. Dan kita akan SULIT mendapatkan KEBAHAGIAAN karena sudah DIBORONG oleh mεrεƙα."
"Kalau KEBAHAGIAAN itu ada di suatu TEMPAT, pasti belahan lain di bumi ini akan KOSONG karena semua orang akan kesana berkumpul dimana KEBAHAGIAAN itu berada ."
Untungnya KEBAHAGIAAN itu berada DI DALAM HATI setiap manusia.
Jadi kita tidak perlu MEMBELI atau pergi MENCARI KEBAHAGIAAN itu.
"Yang kita perlukan adalah HATI yang BERSIH dan IKLAS serta PIKIRAN yang JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapanpun, dimanapun dan dengan kondisi apapun."
KEBAHAGiAAN itu hanya dimiliki oleh "Orang² yang dapat BERSYUKUR".
¤"JIKA KAMU TIDAK MEMILIKI APA YANG KAMU SUKAI, MAKA SUKAILAH APA YG KAMU MILIKI SAAT INI"¤
BERSYUKUR adalah suatu kemampuan yg bisa DIPELAJARI oleh siapapun.
BERSYUKUR bukanlah hasil dari suatu keadaan tertentu, melainkan hasil dari sebuah LIFE STYLE (GAYA HIDUP)
Jika KETENARAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya MICHAEL JACKSON, penyanyi TERKENAL di USA, tidak akan meminum OBAT TIDUR hingga OVERDOSIS...
Jika KEKUASAAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya G. VARGAS, Presiden BRAZIL, tidak akan menembak JANTUNGNYA...
Jika KECANTIKAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya MARLIN MONROE, artis CANTIK dari USA, tidak akan meminum ALKOHOL dan OBAT DEPRESI hingga OVERDOSIS...
Jika KESEHATAN bisa membuat orang BAHAGIA, tentunya THIERRY COSTA, Dokter Terkenal dari PERANCIS, tidak akan membunuh dirinya akibat acara di TELEVISI..
Ternyata, BAHAGIA atau tidaknya hidup seseorang itu, BUKAN ditentukan oleh seberapa KAYANYA, TENARNYA, CANTIKNYA, KUASANYA, SEHATNYA atau SESUKSES apapun hidupnya.
Tapi yang bisa membuat seseorang itu BAHAGIA adalah DIRINYA SENDIRI... mampukah ia mau MENSYUKURI semua yang sudah dimilikinya dlm segala hal.
"Kalau KEBAHAGIAAN bisa DIBELI, pasti orang² kaya akan MEMBELI KEBAHAGIAAN itu. Dan kita akan SULIT mendapatkan KEBAHAGIAAN karena sudah DIBORONG oleh mεrεƙα."
"Kalau KEBAHAGIAAN itu ada di suatu TEMPAT, pasti belahan lain di bumi ini akan KOSONG karena semua orang akan kesana berkumpul dimana KEBAHAGIAAN itu berada ."
Untungnya KEBAHAGIAAN itu berada DI DALAM HATI setiap manusia.
Jadi kita tidak perlu MEMBELI atau pergi MENCARI KEBAHAGIAAN itu.
"Yang kita perlukan adalah HATI yang BERSIH dan IKLAS serta PIKIRAN yang JERNIH, maka kita bisa menciptakan rasa BAHAGIA itu kapanpun, dimanapun dan dengan kondisi apapun."
KEBAHAGiAAN itu hanya dimiliki oleh "Orang² yang dapat BERSYUKUR".
¤"JIKA KAMU TIDAK MEMILIKI APA YANG KAMU SUKAI, MAKA SUKAILAH APA YG KAMU MILIKI SAAT INI"¤
BERSYUKUR adalah suatu kemampuan yg bisa DIPELAJARI oleh siapapun.
BERSYUKUR bukanlah hasil dari suatu keadaan tertentu, melainkan hasil dari sebuah LIFE STYLE (GAYA HIDUP)
Sunday, December 1, 2013
"Lo Siaw Ging: Dokter Tanpa Tarif"
Nama
lengkapnya Lo Siaw Ging, namun ia lebih dikenal dengan panggilan dokter
Lo. Di Solo, Jawa Tengah, dokter keturunan Tionghoa berusia 78
tahun ini populer bukan hanya karena diagnosa dan obat yang
diberikannya selalu tepat, tapi juga karena ia tidak pernah meminta
bayaran dari pasiennya.
Setiap hari, kecuali Minggu, puluhan pasien antre di ruang tunggu prakteknya. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai tukang becak, pedagang kaki lima, buruh pabrik, karyawan swasta, pegawai negeri, hingga pengusaha. Pasiennya tidak hanya datang dari Solo, tetapi juga kota-kota di sekitarnya, seperti Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.
Dokter Lo menjadi istimewa karena tidak pernah memasang tarif. Ia juga tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Ia justru marah jika ada pasien yang menanyakan ongkos periksa padahal ia tidak punya uang. Bahkan, selain membebaskan biaya periksa, tak jarang Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep. Ia akan menuliskan resep dan meminta pasien mengambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada setiap akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih harga obat kepada sang dokter.
Perlakuan ini bukan hanya untuk pasien yang periksa di tempat prakteknya, tapi juga untuk pasien-pasien rawat inap di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Alhasil, Lo harus membayar tagihan resep antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta setiap bulan. Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, Lo tidak menyerah. Ia akan turun sendiri untuk mencari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidak disebutkan namanya yang akan didatangi Lo.
“Beruntung masih banyak yang percaya dengan saya, ” kata dia.
Di mata pasien tidak mampu, Lo memang bagaikan malaikat penolong. Ia menjungkirbalikan logika tentang biaya kesehatan yang selama ini sering tak terjangkau oleh pasien miskin. Apa yang dilakukan Lo juga seperti membantah idiom “orang miskin dilarang sakit”.
“Saya tahu pasien mana yang mampu membayar dan tidak. Untuk apa mereka membayar ongkos dokter dan obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan, ” kata dia.
Gaya bicaranya tegas cenderung galak. Tidak jarang ia memarahi pasien yang menganggap enteng penyakit. Ia bercerita pernah benar-benar sangat marah kepada seorang ibu karena baru membawa anaknya ke ruang prakteknya setelah mengalami panas tinggi selama empat hari.
“Sampai sekarang masih banyak orang yang bersikap seperti itu. Memangnya penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya. Kalau sakit ya harus segera dibawa ke dokter. Jangan melakukan diagnosa sendiri, ” ujar anak ke 3 dari 5 bersaudara itu.
Toh meski galak, Lo tetap dicintai. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.
“Tugas dokter itu menolong pasiennya agar sehat kembali. Apa pun caranya. Saya hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dokter. Tidak ada yang istimewa, ” ujar dokter yang buka praktek di rumahnya, Kampung Jagalan, Jebres, Solo.
Dokter Sederhana
Lahir di Magelang, 16 Agustus 1934, Lo tumbuh dalam sebuah keluarga pengusaha tembakau yang moderat. Orang tuanya, Lo Ban Tjiang dan Liem Hwat Nio, memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih apa yang dinginkan. Salah satunya adalah ketika Lo ingin melanjutkan SMA ke Semarang, karena dia menganggap tidak ada SMA yang kualitasnya bagus di Magelang ketika itu.
Setamat SMA, Lo menyatakan keinginannya untuk kuliah di kedokteran. Ketika itu, ayahnya hanya berpesan jika ingin menjadi dokter jangan berdagang. Sebaliknya jika ingin berdagang, jangan menjadi dokter. Rupanya, nasehat itu sangat membekas di hati Lo. Maksud nasehat itu, menurut Lo, seorang dokter tidak boleh mengejar materi semata karena tugas dokter adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Kalau hanya ingin mengejar keuntungan, lebih baik menjadi pedagang. .
”Jadi siapa pun pasien yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus melayani dengan baik. Membantu membantu orang itu tidak boleh membeda-bedakan. Semuanya harus dilakukan dengan ikhlas. Profesi dokter itu menolong orang sakit, bukan menjual obat, ” ujar suami dari Gan May Kwee ini.
Menjadi dokter sejak 1963, Lo mengawali karir dokternya di poliklinik Tsi Sheng Yuan milik Dr Oen Boen Ing (1903-1982), seorang dokter legendaris di Solo. Pada masa orde baru, poliklinik ini berkembang menjadi RS Panti Kosala, dan kini berganti nama menjadi RS Dr Oen.
Selain dari ayahnya, Lo mengaku banyak belajar dari Dr Oen. Selama 15 tahun bekerja pada seniornya itu, Lo mengerti benar bagaimana seharusnya menjadi seorang dokter.
”Dia tidak hanya pintar mengobati, tetapi juga sederhana dan jiwa sosialnya luar biasa, ” kata mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Apa yang dikatakan Lo tentang membantu siapa pun yang membutuhkan itu bukanlah omong kosong. Ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 lalu misalnya, Lo tetap buka praktek. Padahal para tetangganya meminta agar dia tutup karena situasi berbahaya, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo tetap menerima pasien yang datang. Para tetangga yang khawatir akhirnya beramai-ramai menjaga rumah Lo.
“Banyak yang butuh pertolongan, termasuk korban kerusuhan, masak saya tolak. Kalau semua dokter tutup siapa yang akan menolong mereka?” kata Lo yang juga lulusan Managemen Administrasi Rumah Sakit (MARS) dari Universitas Indonesia.
Hingga kerusuhan berakhir dan situasi kembali aman, rumah Lo tidak pernah tersentuh oleh para perusuh. Padahal rumah-rumah di sekitarnya banyak yang dijarah dan dibakar.
Kini, meski usianya sudah hampir 80 tahun, Lo tidak mengurangi waktunya untuk tetap melayani pasien. Setiap hari, mulai pukul 06. . 00 sampai 08. 00, dia praktek di rumahnya. Selanjutnya, pukul 09. 00 hingga pukul 14. 00, Lo menemui para pasiennya di RS Kasih Ibu. Setelah istirahat dua jam, ia kembali buka praktek di rumahnya sampai pukul 20. 00.
“Selama saya masih kuat, saya belum akan pensiun. Menjadi dokter itu baru pensiun kalau sudah tidak bisa apa-apa. Kepuasan bagi saya bisa membantu sesama, dan itu tidak bisa dibayar dengan uang, ” ujar dokter yang sejak beberapa tahun lalu berjalan dengan bantuan tongkat ini.
Menurut Lo, istrinya memiliki peran besar terhadap apa yang ia lakukan. Tanpa perempuan itu, kata Lo, ia tidak akan bisa melakukan semuanya.
“Dia perempuan luar biasa. Saya beruntung menjadi suaminya, ” ujar Lo tentang perempuan yang ia nikahi tahun 1968 itu.
Puluhan tahun menjadi dokter, dan bahkan pernah menjadi direktur sebuah rumah sakit besar, kehidupan Lo tetap sederhana. Bersama istrinya, ia tinggal di rumah tua yang relatif tidak berubah sejak awal dibangun, kecuali hanya diperbarui catnya. Bukan rumah yang megah dan bertingkat seperti umumnya rumah dokter.
“Rumah ini sudah cukup besar untuk kami berdua. Kalau ada penghasilan lebih, biarlah itu untuk mereka yang membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia seperti sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin banyak kesempatan kita untuk membantu orang lain, ” kata Lo yang selama 43 tahun perikahannya dengan Gan May Kwee tidak dikaruniai anak.
Di tengah biaya obat-obatan yang mahal, pelayanan rumah sakit yang sering menjengkelkan, dan dokter yang lebih sering mengutamakan materi, keberadaan Lo memang seperti embun yang menyejukkan. Rasanya, sekarang ini tidak banyak dokter seperti Dr Lo.
Menengok sejarah Solo, yang dalam perjalanan waktu penuh intrik, peperangan dan kerusuhan, Dr Lo bagaikan oase di tengah gurun nan gersang,
Sumber: http://solografi.com/2013/11/16/lo-siaw-ging-dokter-tanpa-tarif/
Setiap hari, kecuali Minggu, puluhan pasien antre di ruang tunggu prakteknya. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai tukang becak, pedagang kaki lima, buruh pabrik, karyawan swasta, pegawai negeri, hingga pengusaha. Pasiennya tidak hanya datang dari Solo, tetapi juga kota-kota di sekitarnya, seperti Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.
Dokter Lo menjadi istimewa karena tidak pernah memasang tarif. Ia juga tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Ia justru marah jika ada pasien yang menanyakan ongkos periksa padahal ia tidak punya uang. Bahkan, selain membebaskan biaya periksa, tak jarang Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep. Ia akan menuliskan resep dan meminta pasien mengambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada setiap akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih harga obat kepada sang dokter.
Perlakuan ini bukan hanya untuk pasien yang periksa di tempat prakteknya, tapi juga untuk pasien-pasien rawat inap di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Alhasil, Lo harus membayar tagihan resep antara Rp 8 juta hingga Rp 10 juta setiap bulan. Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, Lo tidak menyerah. Ia akan turun sendiri untuk mencari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidak disebutkan namanya yang akan didatangi Lo.
“Beruntung masih banyak yang percaya dengan saya, ” kata dia.
Di mata pasien tidak mampu, Lo memang bagaikan malaikat penolong. Ia menjungkirbalikan logika tentang biaya kesehatan yang selama ini sering tak terjangkau oleh pasien miskin. Apa yang dilakukan Lo juga seperti membantah idiom “orang miskin dilarang sakit”.
“Saya tahu pasien mana yang mampu membayar dan tidak. Untuk apa mereka membayar ongkos dokter dan obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan, ” kata dia.
Gaya bicaranya tegas cenderung galak. Tidak jarang ia memarahi pasien yang menganggap enteng penyakit. Ia bercerita pernah benar-benar sangat marah kepada seorang ibu karena baru membawa anaknya ke ruang prakteknya setelah mengalami panas tinggi selama empat hari.
“Sampai sekarang masih banyak orang yang bersikap seperti itu. Memangnya penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya. Kalau sakit ya harus segera dibawa ke dokter. Jangan melakukan diagnosa sendiri, ” ujar anak ke 3 dari 5 bersaudara itu.
Toh meski galak, Lo tetap dicintai. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.
“Tugas dokter itu menolong pasiennya agar sehat kembali. Apa pun caranya. Saya hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dokter. Tidak ada yang istimewa, ” ujar dokter yang buka praktek di rumahnya, Kampung Jagalan, Jebres, Solo.
Dokter Sederhana
Lahir di Magelang, 16 Agustus 1934, Lo tumbuh dalam sebuah keluarga pengusaha tembakau yang moderat. Orang tuanya, Lo Ban Tjiang dan Liem Hwat Nio, memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih apa yang dinginkan. Salah satunya adalah ketika Lo ingin melanjutkan SMA ke Semarang, karena dia menganggap tidak ada SMA yang kualitasnya bagus di Magelang ketika itu.
Setamat SMA, Lo menyatakan keinginannya untuk kuliah di kedokteran. Ketika itu, ayahnya hanya berpesan jika ingin menjadi dokter jangan berdagang. Sebaliknya jika ingin berdagang, jangan menjadi dokter. Rupanya, nasehat itu sangat membekas di hati Lo. Maksud nasehat itu, menurut Lo, seorang dokter tidak boleh mengejar materi semata karena tugas dokter adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Kalau hanya ingin mengejar keuntungan, lebih baik menjadi pedagang. .
”Jadi siapa pun pasien yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus melayani dengan baik. Membantu membantu orang itu tidak boleh membeda-bedakan. Semuanya harus dilakukan dengan ikhlas. Profesi dokter itu menolong orang sakit, bukan menjual obat, ” ujar suami dari Gan May Kwee ini.
Menjadi dokter sejak 1963, Lo mengawali karir dokternya di poliklinik Tsi Sheng Yuan milik Dr Oen Boen Ing (1903-1982), seorang dokter legendaris di Solo. Pada masa orde baru, poliklinik ini berkembang menjadi RS Panti Kosala, dan kini berganti nama menjadi RS Dr Oen.
Selain dari ayahnya, Lo mengaku banyak belajar dari Dr Oen. Selama 15 tahun bekerja pada seniornya itu, Lo mengerti benar bagaimana seharusnya menjadi seorang dokter.
”Dia tidak hanya pintar mengobati, tetapi juga sederhana dan jiwa sosialnya luar biasa, ” kata mantan Direktur Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Apa yang dikatakan Lo tentang membantu siapa pun yang membutuhkan itu bukanlah omong kosong. Ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 lalu misalnya, Lo tetap buka praktek. Padahal para tetangganya meminta agar dia tutup karena situasi berbahaya, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo tetap menerima pasien yang datang. Para tetangga yang khawatir akhirnya beramai-ramai menjaga rumah Lo.
“Banyak yang butuh pertolongan, termasuk korban kerusuhan, masak saya tolak. Kalau semua dokter tutup siapa yang akan menolong mereka?” kata Lo yang juga lulusan Managemen Administrasi Rumah Sakit (MARS) dari Universitas Indonesia.
Hingga kerusuhan berakhir dan situasi kembali aman, rumah Lo tidak pernah tersentuh oleh para perusuh. Padahal rumah-rumah di sekitarnya banyak yang dijarah dan dibakar.
Kini, meski usianya sudah hampir 80 tahun, Lo tidak mengurangi waktunya untuk tetap melayani pasien. Setiap hari, mulai pukul 06. . 00 sampai 08. 00, dia praktek di rumahnya. Selanjutnya, pukul 09. 00 hingga pukul 14. 00, Lo menemui para pasiennya di RS Kasih Ibu. Setelah istirahat dua jam, ia kembali buka praktek di rumahnya sampai pukul 20. 00.
“Selama saya masih kuat, saya belum akan pensiun. Menjadi dokter itu baru pensiun kalau sudah tidak bisa apa-apa. Kepuasan bagi saya bisa membantu sesama, dan itu tidak bisa dibayar dengan uang, ” ujar dokter yang sejak beberapa tahun lalu berjalan dengan bantuan tongkat ini.
Menurut Lo, istrinya memiliki peran besar terhadap apa yang ia lakukan. Tanpa perempuan itu, kata Lo, ia tidak akan bisa melakukan semuanya.
“Dia perempuan luar biasa. Saya beruntung menjadi suaminya, ” ujar Lo tentang perempuan yang ia nikahi tahun 1968 itu.
Puluhan tahun menjadi dokter, dan bahkan pernah menjadi direktur sebuah rumah sakit besar, kehidupan Lo tetap sederhana. Bersama istrinya, ia tinggal di rumah tua yang relatif tidak berubah sejak awal dibangun, kecuali hanya diperbarui catnya. Bukan rumah yang megah dan bertingkat seperti umumnya rumah dokter.
“Rumah ini sudah cukup besar untuk kami berdua. Kalau ada penghasilan lebih, biarlah itu untuk mereka yang membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia seperti sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin banyak kesempatan kita untuk membantu orang lain, ” kata Lo yang selama 43 tahun perikahannya dengan Gan May Kwee tidak dikaruniai anak.
Di tengah biaya obat-obatan yang mahal, pelayanan rumah sakit yang sering menjengkelkan, dan dokter yang lebih sering mengutamakan materi, keberadaan Lo memang seperti embun yang menyejukkan. Rasanya, sekarang ini tidak banyak dokter seperti Dr Lo.
Menengok sejarah Solo, yang dalam perjalanan waktu penuh intrik, peperangan dan kerusuhan, Dr Lo bagaikan oase di tengah gurun nan gersang,
Sumber: http://solografi.com/2013/11/16/lo-siaw-ging-dokter-tanpa-tarif/
"Teori fondasi rumah tangga 1+1=1"
Bagus untuk yang sudah menikah atau akan merencakan pernikahan.
Mengapa ada banyak pernikahan yg gagal/tidak bahagia? Tentu penyebabnya ada banyak faktor, salah satunya ialah fondasi dari rumah tangga yang mereka dirikan rapuh.
Alasan yang paling umum orang menikah ialah karena telah cukup umur dan suka sama suka. Alasan lain karena faktor 'kecelakaan', bisnis, tekanan ekonomi, tradisi, kebutuhan biologis, desakan orang tua, dll.
Pernikahan bukanlah 1+1=2, melainkan 1+1=1.
1+1=1 adalah hal impossible, kecuali pasangan ini bersedia masing-masing mngurangi ½ egonya menjadi ½+½=1.
Setelah menikah, suami-istri harus menghilangkan separuh dari watak individual masing-masing, setiap pasangan harus memiliki persiapan mental untuk dapat melakukan kompromi, saling mengalah dan memaafkan. Dengan demikian, baru dapat membentuk sebuah mahliga rumah tangga yang sempurna.
Namun ada sekelompok golongan yang pernikahannya mengharuskan 1+0=1, maksudnya istri harus tunduk total pada suaminya tanpa menghiraukan seluruh hak-hak kaum wanita.
Sebaliknya ada laki-laki yang terpaksa tunduk pada istriya habis-habisan karena istri lebih mapan dalam hal pendidikan & ekonomi.
Tentu saja kelompok 1+0=1 merupakan pernikahan yang tidak sehat.
Pernikahan yang bahagia adalah penyatuan dua orang yang bersedia saling memaafkan dan menerima apa adanya.
Agar perkawinan anda tetap meluap dengan kasih, maka kalau anda salah, akuilah dan minta maaf. Dan jika anda benar, tetaplah diam dan memaafkan. Selalu mencintai dengan tulus dan sepenuh hati, itulah kunci untuk bahagia.
Rahasia menjadi pasangan suami istri yg bahagia sesungguhnya tidak pernah dapat diajarkan, tetapi harus terus belajar dan belajar. Yang paling menyenangkan dalam suatu pernikahan adalah bangun cinta lagi setiap hari kepada pasangan kita.
"Dinamika Kehidupan"
Bahwa
sepanjang hidup ini, manusia selalu mencari untuk mendapatkan. Sejak
kecil kita diajarkan untuk mencari ilmu untuk mendapatkan gelar
pendidikan. Kemudian dengan gelar tersebut, mencari pekerjaan untuk
mendapatkan uang. Mencari pasangan hidup, mendapatkan keturunan, mencari pangkat, nama, jabatan, kesenangan-kesenangan lainnya.
Tapi pernahkah kita sadari, bahwa saat kita meninggal, maka apapun yang tadinya kita CARI dan kita DAPATKAN, harus kita tinggalkan. Apa yang kita cari dan kita kejar sepanjang hidup kita, dengan susah payah, semuanya akhirnya harus ditinggalkan. Tidak satu pun yang dapat kita bawa. Tidak ada harta yang bisa dibawa , Juga tidak anak istri atau kerabat, tidak juga jabatan. Lalu bagaimana?
Apa yang bisa kita bawa dan menjadi bekal untuk kehidupan kita selanjutnya?
Jawabannya sangat mengejutkan . yang dapat kita bawa adalah "PEMBERIAN" Apapun yang kita berikan, yang kita danakan, yang kita relakan untuk kebahagiaan mahluk lain, itulah yang bisa kita bawa. Kebajikan itulah yang akan menjadi harta dan bekal kita dikehidupan kita selanjutnya dialam “sana”. Dana yang kita bagikan bagi orang miskin, baju yang kita sumbangkan bagi korban bencana alam, makanan yang kita bagi untuk mereka yang kelaparan, kesempatan yg kita berikan pada hidup orang lain dan sesuatu yang bisa kita berikan bagi makhluk lain, dsbnya.
Pemberian-pemberian inilah yang justru merupakan HARTA PUSAKA kita yang tidak bisa dicuri, tidak bisa hancur, tidak bisa hilang, dan bisa mengikuti kita sampai pada Akhirnya .
Marilah kita renungkan bersama. Apakah sudah cukup kita MEMBERI dari hasil yg kita cari , ataukah kita hanya selalu sibuk MENCARI , MENCARI DAN MENCARI SAJA .... ? Jika kita hanya bisa ”Mencari” tanpa bisa ”Memberi”, coba dipikirkan lagi apakah ada gunanya semua yang anda cari karena semua itu Harus ditinggalkan. Apa gunanya semua yang anda cari jika semua itu tidak dapat dibawa sebagai Bekal kita waktu mati? Sia-sia bukan?
Semoga kita semakin mengerti ARTI Memberi
Tapi pernahkah kita sadari, bahwa saat kita meninggal, maka apapun yang tadinya kita CARI dan kita DAPATKAN, harus kita tinggalkan. Apa yang kita cari dan kita kejar sepanjang hidup kita, dengan susah payah, semuanya akhirnya harus ditinggalkan. Tidak satu pun yang dapat kita bawa. Tidak ada harta yang bisa dibawa , Juga tidak anak istri atau kerabat, tidak juga jabatan. Lalu bagaimana?
Apa yang bisa kita bawa dan menjadi bekal untuk kehidupan kita selanjutnya?
Jawabannya sangat mengejutkan . yang dapat kita bawa adalah "PEMBERIAN" Apapun yang kita berikan, yang kita danakan, yang kita relakan untuk kebahagiaan mahluk lain, itulah yang bisa kita bawa. Kebajikan itulah yang akan menjadi harta dan bekal kita dikehidupan kita selanjutnya dialam “sana”. Dana yang kita bagikan bagi orang miskin, baju yang kita sumbangkan bagi korban bencana alam, makanan yang kita bagi untuk mereka yang kelaparan, kesempatan yg kita berikan pada hidup orang lain dan sesuatu yang bisa kita berikan bagi makhluk lain, dsbnya.
Pemberian-pemberian inilah yang justru merupakan HARTA PUSAKA kita yang tidak bisa dicuri, tidak bisa hancur, tidak bisa hilang, dan bisa mengikuti kita sampai pada Akhirnya .
Marilah kita renungkan bersama. Apakah sudah cukup kita MEMBERI dari hasil yg kita cari , ataukah kita hanya selalu sibuk MENCARI , MENCARI DAN MENCARI SAJA .... ? Jika kita hanya bisa ”Mencari” tanpa bisa ”Memberi”, coba dipikirkan lagi apakah ada gunanya semua yang anda cari karena semua itu Harus ditinggalkan. Apa gunanya semua yang anda cari jika semua itu tidak dapat dibawa sebagai Bekal kita waktu mati? Sia-sia bukan?
Semoga kita semakin mengerti ARTI Memberi
It's Depend On Us
Pernahkah
anda dimaki-maki oleh seseorang dengan menggunakan bahasa yang tidak
anda pahami ?? Anda tahu kalau sedang dimarahi, tetapi tidak merasa
sakit hati, (hanya bingungkan ?).
Kemudian,,,,, Anda bertanya kepada orang lain untuk menterjemahkan, tentang apa yang dikatakan orang yang sedang marah, Begitu tahu,,,,,, Saat itulah anda mulai sakit hati,,,
Sebenarnya,,,,, Anda punya 3 pilihan pada kondisi seperti itu : ~ Memilih untuk tidak peduli kepada si pemarah, sehingga tidak merasakan sakit hati. ~ Tetap berusaha mencari tahu tentang apa yang disampaikan, tetapi ditanggapi dengan acuh, ~ Mencari tahu maksud dari sipemarah & anda membalas dengan penuh rasa sakit hati.
Ingat :,,,, Sakit hati atau tetap memilih rasa nyaman di hati adalah tanggung jawab anda sendiri.
Kita sendirilah yang berhak memutuskan untuk sakit hati atau tidak (orang lain tidak punya Hak untuk mengendalikan kita).
Siapapun orangnya tidak akan mampu menyakiti hati anda, Jika anda tidak mengijinkan sendiri.
Kemudian,,,,, Anda bertanya kepada orang lain untuk menterjemahkan, tentang apa yang dikatakan orang yang sedang marah, Begitu tahu,,,,,, Saat itulah anda mulai sakit hati,,,
Sebenarnya,,,,, Anda punya 3 pilihan pada kondisi seperti itu : ~ Memilih untuk tidak peduli kepada si pemarah, sehingga tidak merasakan sakit hati. ~ Tetap berusaha mencari tahu tentang apa yang disampaikan, tetapi ditanggapi dengan acuh, ~ Mencari tahu maksud dari sipemarah & anda membalas dengan penuh rasa sakit hati.
Ingat :,,,, Sakit hati atau tetap memilih rasa nyaman di hati adalah tanggung jawab anda sendiri.
Kita sendirilah yang berhak memutuskan untuk sakit hati atau tidak (orang lain tidak punya Hak untuk mengendalikan kita).
Siapapun orangnya tidak akan mampu menyakiti hati anda, Jika anda tidak mengijinkan sendiri.
Pidato Wisudawan Terbaik, Memukau tetapi Sekaligus “Menakutkan”
Setiap
acara wisuda di kampus ITB selalu ada pidato sambutan dari salah
seorang wisudawan. Biasanya yang terpilih memberikan pidato sambutan
adalah pribadi yang unik, tetapi tidak
selalu yang mempunyai IPK terbaik. Sepanjang yang saya pernah ikuti, isi
pidatonya kebanyakan tidak terlalu istimewa, paling-paling isinya
kenangan memorabilia selama menimba ilmu di kampus ITB, kehidupan
mahasiswa selama kuliah, pesan-pesan, dan ucapan terima kasih kepada
dosen dan teman-teman civitas academica.
Namun, yang saya tulis dalam posting-an ini bukan pidato wisudawan ITB, tetapi wisudawan SMA di Amerika. Beberapa hari yang lalu saya menerima kiriman surel dari teman di milis dosen yang isinya cuplikan pidato Erica Goldson (siswi SMA) pada acara wisuda di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010. Erica Goldson adalah wisudawan yang lulus dengan nilai terbaik pada tahun itu. Isi pidatonya sangat menarik dan menurut saya sangat memukau. Namun, setelah saya membacanya, ada rasa keprihatinan yang muncul (nanti saya jelaskan).
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”
Hmmm… setelah membaca pidato wisudawan terbaik tadi, apa kesan anda? Menurut saya pidatonya adalah sebuah ungkapan yang jujur, tetapi menurut saya kejujuran yang “menakutkan”. Menakutkan karena selama sekolah dia hanya mengejar nilai tinggi, tetapi dia meninggalkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang lain, seperti hobi, ketrampilan, soft skill, dan lain-lain. Akibatnya, setelah dia lulus dia merasa gamang, merasa takut terjun ke dunia nyata, yaitu masyarakat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, dia sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini.
Saya sering menemukan mahasiswa yang hanya berkutat dengan urusan kuliah semata. Obsesinya adalah memperoleh nilai tinggi untuk semua mata kuliah. Dia tidak tertarik ikut kegiatan kemahasiswaan, baik di himpunan maupun di Unit Kegiatan Mahasiswa. Baginya hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Memang betul dia sangat rajin, selalu mengerjakan PR dan tugas dengan gemilang. Memang akhirnya IPK-nya tinggi, lulus cum-laude pula. Tidak ada yang salah dengan obsesinya mengejar nilai tinggi, sebab semua mahasiswa seharusnya seperti itu, yaitu mengejar nilai terbaik untuk setiap kuliah. Namun, untuk hidup di dunia nyata seorang mahasiswa tidak bisa hanya berbekal nilai kuliah, namun dia juga memerlukan ketrampilan hidup semacam soft skill yang hanya didapatkan dari pengembangan diri dalam bidang non-akademis.
Nah, kalau mahasiswa hanya berat dalam hard skill dan tidak membekali dirinya dengan ketrampilan hidup, bagaimana nanti dia siap menghadapi kehidupan dunia nyata yang memerlukan ketrampilan berkomunikasi, berdiplomasi, hubungan antar personal, dan lain-lain. Menurut saya, ini pulalah yang menjadi kelemahan alumni ITB yang disatu sisi sangat percaya diri dengan keahliannya, namun lemah dalam hubungan antar personal. Itulah makanya saya sering menyemangati dan menyuruh mahasiswa saya ikut kegiatan di Himpunan mahasiswa dan di Unit-Unit Kegiatan, agar mereka tidak menjadi orang yang kaku, namun menjadi orang yang menyenangkan dan disukai oleh lingkungan tempatnya bekerja dan bertempat tinggal. Orang yang terbaik belum tentu menjadi orang tersukses, sukses dalam hidup itu hal yang lain lagi.
Menurut saya, apa yang dirasakan wisudawan terbaik Amerika itu juga merupakan gambaran sistem pendidikan dasar di negara kita. Anak didik hanya ditargetkan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran, karena itu sistem kejar nilai tinggi selalu ditekankan oleh guru-guru dan sekolah. Jangan heran lembaga Bimbel tumbuh subur karena murid dan orangtua membutuhkannya agar anak-anak mereka menjadi juara dan terbaik di sekolahnya. Belajar hanya untuk mengejar nilai semata, sementara kreativitas dan soft skill yang penting untuk bekal kehidupan terabaikan. Sistem pendidikan seperti ini membuat anak didik tumbuh menjadi anak “penurut” ketimbang anak kreatif.
Baiklah, pada bagian akhir tulisan ini saya kutipkan teks asli (dalam Bahasa Inggris) Erica Goldson di atas agar kita memahami pidato lengkapnya. Teks asli pidatonya dapat ditemukan di dalam laman web ini: http://archive.lewrockwell.com/pr/valedictorian-against-schooling.html
Untuk melihat link video youtubenya -> http://www.youtube.com/watch?v=9M4tdMsg3ts
Namun, yang saya tulis dalam posting-an ini bukan pidato wisudawan ITB, tetapi wisudawan SMA di Amerika. Beberapa hari yang lalu saya menerima kiriman surel dari teman di milis dosen yang isinya cuplikan pidato Erica Goldson (siswi SMA) pada acara wisuda di Coxsackie-Athens High School, New York, tahun 2010. Erica Goldson adalah wisudawan yang lulus dengan nilai terbaik pada tahun itu. Isi pidatonya sangat menarik dan menurut saya sangat memukau. Namun, setelah saya membacanya, ada rasa keprihatinan yang muncul (nanti saya jelaskan).
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”
Hmmm… setelah membaca pidato wisudawan terbaik tadi, apa kesan anda? Menurut saya pidatonya adalah sebuah ungkapan yang jujur, tetapi menurut saya kejujuran yang “menakutkan”. Menakutkan karena selama sekolah dia hanya mengejar nilai tinggi, tetapi dia meninggalkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang lain, seperti hobi, ketrampilan, soft skill, dan lain-lain. Akibatnya, setelah dia lulus dia merasa gamang, merasa takut terjun ke dunia nyata, yaitu masyarakat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, dia sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini.
Saya sering menemukan mahasiswa yang hanya berkutat dengan urusan kuliah semata. Obsesinya adalah memperoleh nilai tinggi untuk semua mata kuliah. Dia tidak tertarik ikut kegiatan kemahasiswaan, baik di himpunan maupun di Unit Kegiatan Mahasiswa. Baginya hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Memang betul dia sangat rajin, selalu mengerjakan PR dan tugas dengan gemilang. Memang akhirnya IPK-nya tinggi, lulus cum-laude pula. Tidak ada yang salah dengan obsesinya mengejar nilai tinggi, sebab semua mahasiswa seharusnya seperti itu, yaitu mengejar nilai terbaik untuk setiap kuliah. Namun, untuk hidup di dunia nyata seorang mahasiswa tidak bisa hanya berbekal nilai kuliah, namun dia juga memerlukan ketrampilan hidup semacam soft skill yang hanya didapatkan dari pengembangan diri dalam bidang non-akademis.
Nah, kalau mahasiswa hanya berat dalam hard skill dan tidak membekali dirinya dengan ketrampilan hidup, bagaimana nanti dia siap menghadapi kehidupan dunia nyata yang memerlukan ketrampilan berkomunikasi, berdiplomasi, hubungan antar personal, dan lain-lain. Menurut saya, ini pulalah yang menjadi kelemahan alumni ITB yang disatu sisi sangat percaya diri dengan keahliannya, namun lemah dalam hubungan antar personal. Itulah makanya saya sering menyemangati dan menyuruh mahasiswa saya ikut kegiatan di Himpunan mahasiswa dan di Unit-Unit Kegiatan, agar mereka tidak menjadi orang yang kaku, namun menjadi orang yang menyenangkan dan disukai oleh lingkungan tempatnya bekerja dan bertempat tinggal. Orang yang terbaik belum tentu menjadi orang tersukses, sukses dalam hidup itu hal yang lain lagi.
Menurut saya, apa yang dirasakan wisudawan terbaik Amerika itu juga merupakan gambaran sistem pendidikan dasar di negara kita. Anak didik hanya ditargetkan mencapai nilai tinggi dalam pelajaran, karena itu sistem kejar nilai tinggi selalu ditekankan oleh guru-guru dan sekolah. Jangan heran lembaga Bimbel tumbuh subur karena murid dan orangtua membutuhkannya agar anak-anak mereka menjadi juara dan terbaik di sekolahnya. Belajar hanya untuk mengejar nilai semata, sementara kreativitas dan soft skill yang penting untuk bekal kehidupan terabaikan. Sistem pendidikan seperti ini membuat anak didik tumbuh menjadi anak “penurut” ketimbang anak kreatif.
Baiklah, pada bagian akhir tulisan ini saya kutipkan teks asli (dalam Bahasa Inggris) Erica Goldson di atas agar kita memahami pidato lengkapnya. Teks asli pidatonya dapat ditemukan di dalam laman web ini: http://archive.lewrockwell.com/pr/valedictorian-against-schooling.html
Untuk melihat link video youtubenya -> http://www.youtube.com/watch?v=9M4tdMsg3ts
"Hikmah dari Memberikan Pelayanan Terbaik" (Bagus Banget, Dibaca Yah)
Di Victoria British Columbia, ada satu SPBU milik pebisnis sekaligus motivator bernama Dunsmuir.
Meski hanya SPBU, tapi SPBU ini sangat terkenal dan maju. Sebagian besar SPBU di AS adalah self service, tetapi di SPBU milik Dunsmuir, ada 4 orang pekerja yang melayani setiap mobil yang datang.
Pekerja 1 membukakan pintu dan mempersilakan penumpangnya keluar, kemudian memakai penyedot debu untuk membersihkan bangku dan interior mobil.
Pekerja 2 membuka kap mobil untuk mengecek olinya.
Pekerja 3 mengisi tangki bahan bakar sambil membersihkan semua kaca jendela mobil.
Pekerja 4 mengecek ban mobil. Semua dilakukan dengan ramah dan bersahabat.
Kebanyakan pekerja itu adalah anak2 muda. Menjadi petugas pompa bensin tentu bukan profesi idaman karena bukan pekerjaan bergaji tinggi.
Namun Mr. Dunsmuir selalu menekankan bahwa sangat mungkin pengemudi mobil yang mereka layani adalah calon bos mereka.
Artinya, jika mereka melayani dengan baik dan bersemangat, itu akan menjadi promosi yang baik. Faktanya memang demikian, banyak dari pekerja SPBU itu kemudian direkrut oleh para bos yang terkesan dengan etos kerja mereka.
Hal itupun memotivasi para pekerja untuk selalu melayani dengan prima, dan SPBU itu seolah menjadi batu loncatan dan "kampus" kehidupan mereka.
Tak heran, SPBU itu selalu kebanjiran pelamar. Dan reputasi SPBU dengan pelayanan istimewa itu juga membuatnya selalu laris.
Yang tak kalah menarik, para mantan pegawai Mr. Dunsmuir juga kemudian selalu mengisi bahan bakar di situ.
Kunci suksesnya adalah EXCELLENT SERVICE dan MOTIVASI YANG MENYALA.
Sahabatku, hal itu juga berlaku bagi setiap kita.
Walaupun pekerjaan yang kita kerjakan saat ini bukan pekerjaan Impian kita, tapi jika itu kita lakukan dengan sebaik-baiknya & yang terutama adalah dengan KASIH, itu akan membawa kita ke PROMOSI yang sesungguhnya !!
Anda tidak akan pernah rugi jika memberi pelayanan terbaik!
Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri
Meski hanya SPBU, tapi SPBU ini sangat terkenal dan maju. Sebagian besar SPBU di AS adalah self service, tetapi di SPBU milik Dunsmuir, ada 4 orang pekerja yang melayani setiap mobil yang datang.
Pekerja 1 membukakan pintu dan mempersilakan penumpangnya keluar, kemudian memakai penyedot debu untuk membersihkan bangku dan interior mobil.
Pekerja 2 membuka kap mobil untuk mengecek olinya.
Pekerja 3 mengisi tangki bahan bakar sambil membersihkan semua kaca jendela mobil.
Pekerja 4 mengecek ban mobil. Semua dilakukan dengan ramah dan bersahabat.
Kebanyakan pekerja itu adalah anak2 muda. Menjadi petugas pompa bensin tentu bukan profesi idaman karena bukan pekerjaan bergaji tinggi.
Namun Mr. Dunsmuir selalu menekankan bahwa sangat mungkin pengemudi mobil yang mereka layani adalah calon bos mereka.
Artinya, jika mereka melayani dengan baik dan bersemangat, itu akan menjadi promosi yang baik. Faktanya memang demikian, banyak dari pekerja SPBU itu kemudian direkrut oleh para bos yang terkesan dengan etos kerja mereka.
Hal itupun memotivasi para pekerja untuk selalu melayani dengan prima, dan SPBU itu seolah menjadi batu loncatan dan "kampus" kehidupan mereka.
Tak heran, SPBU itu selalu kebanjiran pelamar. Dan reputasi SPBU dengan pelayanan istimewa itu juga membuatnya selalu laris.
Yang tak kalah menarik, para mantan pegawai Mr. Dunsmuir juga kemudian selalu mengisi bahan bakar di situ.
Kunci suksesnya adalah EXCELLENT SERVICE dan MOTIVASI YANG MENYALA.
Sahabatku, hal itu juga berlaku bagi setiap kita.
Walaupun pekerjaan yang kita kerjakan saat ini bukan pekerjaan Impian kita, tapi jika itu kita lakukan dengan sebaik-baiknya & yang terutama adalah dengan KASIH, itu akan membawa kita ke PROMOSI yang sesungguhnya !!
Anda tidak akan pernah rugi jika memberi pelayanan terbaik!
Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri
Thursday, November 28, 2013
DAPATKAH KITA MELAKUKANNYA?
Ada SUARA yang tidak terdengar oleh telinga, itulah SUARA HATI.
Ada BENTUK yang tidak terlihat oleh mata, itulah PIKIRAN.
Ada AROMA yang tidak tercium oleh hidung, itulah KEBAJIKAN.
Ada RASA yang tidak terkecap oleh lidah, itulah KETULUSAN.
Ada SENTUHAN yang tidak teraba oleh kulit, itulah KASIH SAYANG.
Ada KONDISI BATIN yang tidak terpikir oleh pikiran, itulah KESADARAN.
Orang yang KUAT adalah:
- Orang yang DAPAT BERSERAH saat kekuatiran datang;•
- Orang yang DAPAT MENGENDALIKAN DIRI saat amarah menyerang;•
- Orang yang DAPAT BERSYUKUR di saat kekecewaan tak kunjung reda;•
- Orang yang DAPAT TERSENYUM pada saat terluka.•
- Orang yang DAPAT BANGKIT saat terjatuh.
Jika dalam hidup ini kita selalu:
• Memancarkan CINTA KASIH, maka kita akan diSAYANGI.
• BERMURAH HATI, maka kita pun akan MURAH REJEKI.
• BERWELAS ASIH, maka di manapun kita akan TERLINDUNGI.
• JUJUR, maka kita akan menjadi org yg DIPERCAYA.
• RENDAH HATI, maka kita akan menjadi org yg DISEGANI.
• SEMANGAT, maka kita akan selalu MENGINSPIRASI.
• BIJAKSANA, maka kita akan banyak meraih SIMPATI
☞ Hidup ini singkat, jangan digunakan untuk berdebat, lebih baik jaga martabat agar hidup menjadi berkat.
Wednesday, November 27, 2013
Be Grateful ♥
I just wanna thanks God for everything i have. i'm so grateful for this beautiful life. i know i'm not a good person. i seldom go to church, sometimes i forgot to pray but still, i'm so grateful and proud to be a Christian and having Jesus as my God.
Even i can't see Him, i know He's always here with me, beside me, everytime, everywhere. He always cheer me up when i'm down, always help me when He know i can't face my problems anymore.
why i wrote about this? well, I've been so frustrated this past few days. i have my own family problem which i can't tell everyone, even my besties. i just feel like i'm so doomed. i don't know what to do anymore. it's my family problem, and i can't discuss this with my Mom, cause i know, she's already stressed with this and i don't wanna adds the load to her anymore.
I feel so confused. my family problem, my college, my work, everything! i felt like the problem comes to me all at once. i don't know what i should do, till i remember a video about God, i watched it last month and honestly, i'm touched. really really touched.
This is the video, feel free to watch :
http://www.godtube.com/watch/?v=0FBFCFNU
i do realize that God always be with me all the time, beside me, everytime, no matter what happen. Then i start to pray, i tell God everything i face about, my family problem, my financial problem, my college problem, what i worry about, everything. after that, well, i still feel depressed but not like before. i feel relieve a little after i told God what i feel. The feeling you get when you have someone to talk to.
Few days later, God shows me His miracle, someone called me and told me that i don't need to worried about my financial anymore and stay focused on college cause she will be my sponsor. oh My God!!! can you imagine how happy i am? i don't need to burden my parents anymore. that's sponsor really relieved me from all my problems, like family problem and college problem.
I do believe God also intervened. this is His way to help me and to told me that he's always with me and He'll help me everytime i need Him. It's His way to told me to not be afraid and keep strong to face my problems cause He will never ever leave me alone.
Also, God always give me what i want, it may not all at once, but yet, it is. He give me older brothers which i always want because i'm the first born child in my family, also the first born grandchild on both side family.
Last but not least, i just wanna thanks God for everything i have, for every miracle that happen to me and my family. i'm so grateful to having Him as my Savior and My God. Thank you for always being with me, beside me, comfort me and helping me facing all my problems. I LOVE YOU GOD ♥
Don't Judge People By Their Religion
First, i want to say that i'm not a religious person. I am Christian, but i don't go to church everyweek, sometimes i went to club and have fun. i drunk and i hangover. but still, i trust in The Lord, i still pray to him everyday i wake up and when i wanna go to sleep.
I always have Obelus with me wherever i go. that's enough to prove that I'm a Christian. but again, don't judge me because i went to club and get drunk, when i didn't go to church on Sunday, or etc. just because i do that thing, doesn't mean its forbidden for me to go to church. why not?
You can't judge people because of their RELIGION. just because i'm a Christian, doesn't mean i must go to church everyweek and don't try to force me to go to church everyweek. that's frustrating.
FYI, i don't care what your religion is, as long as you are respect and doing good to me, then it's ok. I believe there's no religion that teach their people bad thing, they always teach the good one. it just the people who do bad things on their own. not their religion.
Sunday, November 10, 2013
Wednesday, November 6, 2013
"Memahami Orang Tua Kita yang sudah Menua"
Banyak anak muda yang merasa cukup terganggu dengan ayah/ibu yang sudah usia lanjut dan cerewet, suka ngomel, banyak bicara dll.
Namun tahukah Anda bahwa sebenarnya dengan cerewet, suka cerita, ngomel, dll, ini sebenarnya bentuk verbal catharsis, yaitu orangtua mengeluarkan unek-uneknya sehingga setelahnya hatinya akan menjadi lega dan nyaman.
Selama orangtua masih mau bicara, mengeluarkan pikiran dan terutama perasaannya dalam bentuk verbal, ini tentu sangat bagus, daripada mereka hanya diam saja. Semakin mereka diam, tidak ada komunikasi, maka akan semakin tidak baik bagi diri mereka.
Sebagai anak kita perlu bijak memahami kondisi dan situasi orangtua kita. Seorang rekan dokter yang sedang dalam proses sertifikasi hipnoterapis berkata, "Walau saya bisa hipnoterapi, saya tidak akan mensugesti ibu saya agar tenang dan tidak cerewet lagi. Memang Ibu saya ini cewewetnya minta ampun. Namun, justru inilah yang membuat Beliau bisa selalu sehat dan panjang umur. Saat ini Beliau berusia 92 tahun."
Saat kecil, kita cerewetnya minta ampun. Kita bicara hal-hal yang tidak penting, suka mengulang-ulang apa yang sudah dikatakan atau ditanyakan. Namun, karena saat itu kita masih kecil, masih baru belajar bicara, cerewetnya kita dianggap lucu dan menyenangkan. Saat seseorang menjadi tua, suka atau tidak suka ia akan kembali seperti anak kecil. Namun, karena sekarang tubuhnya sudah tua, renta, dan keriput, cerewetnya tidak lagi lucu dan menggemaskan, malah terkesan menjengkelkan.
Sayangilah orangtua apa adanya, dengan segala keluguan dan kekurangan mereka, selama mereka masih ada bersama kita. Suatu saat nanti, saat suara mereka sudah tidak lagi terdengar, kita pasti akan kangen dan merasa kehilangan.
Ingat, nanti kita juga akan menjadi tua, renta, keriput, dan cerewet seperti orangtua kita.
Friday, October 25, 2013
"Cara Pengambilan Empedu Beruang yang Sangat Kejam"
I JUST WANNA SAY : PLEASE READ THIS. I CAN'T PUBLISH IT IN ENGLISH CAUSE I CAN'T WRITE ENGLISH FLUENTLY, BUT I HOPE YOU GUYS CAN READ THIS BY USING TRANSLATOR, GOOGLE TRANSLATE OR DICTIONARY CAUSE IT'S IMPORTANT AND PLEASE HELP THE BEAR. I CAN'T IMAGINE HOW HURT THE BEAR IS BECAUSE OF WHAT WE DID.
Untuk menjerat beruang di alam liar, para pemburu beruang akan memangsa berbagai macam perangkap. Setelah beruang terjerat, kemungkinan besar empat buah telapaknya akan dipotong untuk dijual. Ada pula sebagian beruang yang tertangkap lalu ditempatkan di dalam kandang yang berukuran sangat kecil, beruang-beruang ini bahkan akan lebih menderita, mereka disiksa secara kejam diluar batas kemanusiaan.
Dalam proses pengambilan cairan empedu maka pada bagian perut beruang dibuat sebuah lubang yang akan dipasangkan sebuah pipa menembus empedu sehingga cairan empedu beruang dapat menetes keluar pipa tersebut; setiap hari setetes demi setetes selama kurang lebih 25 tahun. Dalam proses pemasangan pipa, darah segar menetes dari tubuh beruang, rasa sakit yang dirasakan beruang tersebut sungguh sulit dibayangkan, beruang meraung keras sambil meronta kesakitan; suaranya terdengar sangat memilukan dan mengiris hati.
Seluruh proses dilakukan tanpa menggunakan obat bius dengan tujuan untuk menghemat biaya. Rasa sakitnya sungguh luar biasa, para beruang bahkan tidak dapat menahan rasa sakit tersebut hingga mereka ingin bunuh diri dengan cara merobek perut mereka sendiri; akan tetapi manusia dengan akal liciknya memakaikan sebuah jubah besi yang membuat mereka sulit untuk bergerak sehingga tindakan bunuh diri pun tidak bisa dilakukan.
AWAL CERITA
Saya diminta seorang teman untuk menjaga "Villa Beruang" selama beberapa hari, villa ini terletak di sebuah desa terpencil dari kaki gunung di sebelah barat laut kota X. Villa milik teman saya ini berfungsi sebagai peternakan beruang. Pada hari itu, ketika malam hampir menjelang fajar, entah mengapa saya belum juga bisa tertidur. Saya mendengar hembusan angin pegunungan, seolah sedang menghantarkan suara seseorang yang sedang menjerit dalam kesedihan, kesakitan dan putus asa. Tak lama kemudian terdengar suara seperti ada orang yang berjalan di depan pintu kamar saya disertai degan suara nafas yang berat. Saya bergegas berdiri dan menghidupkan lampu. "Siapa yang d luar?" Sunyi. Tidak ada yang menjawab. Kemudian saya mengambil sebuah sapu lalu membuka pintu dengan perlahan. Ternyata seekor anak beruang sedang meringkuk di depan pintu. Tubuhnya gempal dan bulu badannya tampak halus serta masih kemerahan. Beruang kecil itu tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, ia menatap saya kemudian saya memanggilnya dengan suara selembut mungkin: "Beruang kecil, kemarilah" kataku sambil membuka kedua tangan saya seolah hendak menyambutnya ke pelukan saya, sesaat ia terlihat ragu namun tak lama kemudian ia pun merangkak terseok-seok, perlahan menghampiri saya, kemudian ia meletakkan telapak kecil di tangan saya lalu degan lidahnya yang hangat ia mulai menjilati tangan saya. Tindakannya membuat hati saya tersentuh.
Beberapa saat kemudian terdengar keributan dari arah luar, beruang kecil kembali tampak ketakutan, ia segera berlari dan bersembunyi di bawah ranjang. Lalu terdengar sebuah ketukan pintu dan saya membuka pintu dan bertanya: "ada apa?". Salah seorang pekerja berkata: "Seekor beruang kecil telah kabur dari kandang, apakah ia kesini dan mengganggu Tuan?" "Ohh.. mungkin itu beruang yang kalian maksud, dia ada disana" jawab saya sambil menunjuk ke arah bawah ranjang. Para pekerja itu segera meringkuk ke bawah ranjang, mereka langsung menyeret keluar beruang kecil dengan paksa dan kasar. Mereka mengikat kaki dan tangan anak beruang dengan tambang, menggotongnya pergidengan menyelipkan sebatang kayu panjang diantaranya. Ketika akan meninggalkan ruangan, beruang kecil itu sempat berpaling sesaat menatap saya dengan tdk berdaya, sebuah tatapan yang menyayat hati seolah memohon belas kasihan saya untuk menolongnya.
Hari menjelang pagi, salah seorang keryawan disana, Tuan Zhang membawa saya berkeliling untuk melihat kandang beruang. Kami berjalan bersama memasuki sebuah bangunan tinggi besar dengan luas sekitar beberapa mribu meter persegi tetapi anehnya di dalam bangunan terlihat kosong; hanya berisi enam kandang dan masing" kandang ditempati seekor beruang hitam besar di dalamnya. Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya saat melihat di tubuh setiap beruang terpasang semacam lempengan logam mengkilat yang menyerupai jubah besi. Tuan Zhang lalu menjelaskan kepada saya "Jubah besi itu semacam alat yang digunakan untuk mengambil sari empedu, sekarang satu gram empedu dihargai 300 Yuan".
Tuan Zhang membawa saya menuju kandang yang pertama, dengan gerakan tangannya ia hendak memberitahukan kepada saya proses pengambilan sari empedu akan dimulai. Saya melihat dua orang pekerja dengan sigap mengikat dan menarik tubuh beruang dengan katrol yang dibuat secara khusus. Lalu saya melihat tubuh beruang mulai bereaksi saat mereka mulai menariknya, kemudian dari dua sisi lempengan besi yang menyerupai jubah tersebut dikeluarkanlah sebuah selang yang agak tebal, beruang tersebut terlihat seperti menarika nafas yang dalam seolah menahan rasa sakit. Tiba" terdengan suara raungan parau dari beruang, suara ini bukan lagi suara perkasa si beruang tetapi tangiasan putus asa, kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Dengan keterbatasan tempat serta kesulitan bergerak, beruang tersebut mencoba bertahan. Matanya tampak mendelik besar, telapaknya mencengkeram dan kakinya menendang-nendang lantai di sekitarnya karena kesakitan yang dialaminya. Sesaat kemudian dari selang tersebut mengalirlah cairan empedu beruang yang berwarna hijau kebiruan. Para pekerja yang bertubuh kekar itu perlahan-lahan mulai melonggarkan tali pengikat, lalu mengulangi tindakan yang sama untuk proses pengambilan yang kedua. Air mata beruang mengalir. Serupa dengan reaksi manusia saat menderita kesakitan, beruang tersebut menggemertakkan giginya dan berbaring membungkuk menahan rasa sakit yang menderanya. Sungguh sebuah adegan yang memilukan! Hati saya terenyuh! Saya sungguh tidak tega untuk melihat proses selanjutnya dan memilih segera keluar dari tempat tersebut.
Dalam perjalanan keluar, saya baru menyadari ternyata suara tangisan pilu yang terdengar semalam adalah suara tangisan yang kesakitan yang sedang dirasakan oleh sang beruang. Tuan Zhang mengikuti saya hingga depan pintu, saat itu saya merasa sangat sedih dan dengan suara gemetar sambil menahan air mata lalu bertanya padanya: "Apakah kalian telah kehilangan hati nurani kalian? Mereka juga makhluk hidup!"
"Kalian sungguh kejam dan tidak manusiawi"
"Mau bagaimana lagi Tuan, inilah mata pencaharian kami." jawabnya dengan santai.
Setelah emosi saya lebih terkendali, saya kembali bertanya pada Tuan Zhang: "Berapa lama sekali anda melakukan pengambilan cairan empedu?"
"Tergantung kondisi, jika empedu beruang tersebut mampu menghasilkan banyak cairan maka dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pengambilan cairan, minimal dua hari sekali. Umumnya seekor beruang bisa memproduksi sebanyakn 2000 gram dan minimal bisa diambil hingga 10 tahun" jawab Tuan Zhang menjelaskan.
Saya merasa lemas setelah mendengar penjelasannya, hati saya bertambah pilu dan sedih, dua hari sekali selama 10 tahun. Jika kita melakukan sebuah kalkulasi sederhana terhadap jumlah dari proses yang dilakukan sepanjang beruang tersebut masih bertahan hidup maka hasilnya adalah angka yang sungguh mencengangkan! Dengan kata lain tindakan yang sangat kejam dan tidak manusiawi ini harus dialami dua kali sehari; mereka harus merasakan kesakitan selama 10 tahun, setidaknya harus mengalami penderitaan 7200 kali rasa sakit yang demikian luar biasa. Mereka dipaksa terus bertahan hari demi hari, tahun demi tahun. Manusia dengan stamina yang paling kuat pun tidak akan sanggup menahan penderitaan ini. Hati saya semakin terenyuh.
Saat itu juga saya memutuskan segera keluar dari villa tersebut. namun Tuan Zhang segera mencegah saya. "Tuan, sebentar lagi akan dilakukan operasi terhadap beruang kecil. Tuan tidak dapat pergi pada saat yang penting seperti ini. Keberadaan Tuan sangat penting karena anda disini mewakili Direktur Liu, jika anda tidak berada di sini dan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan lalu siapa yang akan bertanggung jawab?" ujar Tuan Zhang.
Dengan langkah yang berat saya terpaksa kembali mengikutinya ke kandang beruang. Di bawah instruksinya, ia memanggil empat pekerja yang bertubuh kekar membawa masuk si beruang kecil lalu menggunakan rantai besi mengikat erat si beruang kecil; beruang yang sama dengan yang semalam melarikan diri ke kamar saya. Beruang kecil terlihat penuh ketakutan. Ia memandang semua orang satu persatu dengan rasa takut, ketika tatapannya jatuh pada saya, matanya tampak bersinar. Dan tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya, ia menatap saya dan tatapannya seolah memohon pertolongan dari saya. Tidak terasa air mata saya mengalir. Tanpa menghiraukan tindakan si beruang kecil, tuan Zhang melambaikan tangannya seraya memerintahkan agar operasi segera dilakukan. Beruang kecil putus asa, ia mengangkat kepalanya dan menangis. Ia terus berteriak serta menangis, seperti anak kecil yang sedang ketakutan dan berteriak memanggil "Ibu... Ibu... datanglah... tolong aku. Aku takut ibu. Ibu datanglah." Akan tetapi para pekerja tersebut seolah tidak mengindahkan tangisan beruang kecil, mereka tetap bekerja sesuai instruksi.
Pada saat itu terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan, salah satu beruang besar yang berada dalam kandang mengaum keras lalu dengan telapaknya yang besar; ia mendorong kuat pintu kandang besi dan melompat keluar. Semua pekerja ketakutan, mereka serentak kabur dan lari terbirit-birit. Saat itu entah mengapa saya tidak dapat ikut berlari bersama para pekerja, saya terpaku melihat beruang besar, kaki saya serasa mati rasa serta tidak dapat digerakkan. Namun beruang besar itu seolah tidak peduli dengan keberadaan saya, ia segera melompat ke hadapan si beruang kecil, dengan cepat insting saya mengatakan bahwa beruang besar itu adalah ibu si beruang kecil. Induk beruang kemudian menggunakan telapaknya yang besar berusaha melepaskan rantai yang mengikat kuat beruang kecil. Sayangnya, sekeras apapun usaha induk beruang, ia tidak berhasil memutuskan rantai tersebut. Akhirnya dengan perasaan putus asa, beruang besar hitam itu mencium lembut anaknya, si beruang kecil. Lalu ia dengan penuh kasih sayang menjilati air mata anaknya dan dengan suaranya berusaha menenangkan anaknya yang sedang ketakutan sambil menangis. Anak beruang tidak berhenti menangis seolah-olah meminta pertolongan ibunya.
Tiba-tiba induk beruang dengan telapaknya yang besar mencengkeram leher anak beruang dengan seluruh kekuatan hingga anaknya tidak bergerak dan setelah tubuh si beruang kecil terjatuh ke lantai baru kemudian ia melepaskan cengkeramannya. Ia merintih, dengan penuh kesedihan yang mendalam menatap wajah anaknya yang sudah tidak bernafas. Induk beruang merasa sangat putus asa tidak dapat menolong anaknya, tatapannya terlihat sangat sedih dan seolah berkata "Anakku, maafkan ibu yang tidak sanggup menolongmu, setidaknya sekarang kamu tidak akan menderita lagi!" Ia kemudian mencabik-cabik bulunya sendiri, lalu merobek lempengan besi yang melekat pada tubuhnya serta selang yang ditancapkan ke dalam empedunya sehingga separuh empedunya ikut tertarik keluar mengakibatkan darah bercucuran keluar dari perutnya. Kemudian ia meraung keras dan parau lalu secara membabi buta menabrakkan diri ke dinding. "Brakkk!!" Terdengar ia menabrak dinding. Tak lama kemudian induk beruang tewas.
Setelah menyaksikan seluruh kejadian mengenaskan tersebut, saya shock! Saya sama sekali tidak ingat bagaimana saya berjalan keluar dari ruangan tersebut. Selama seharian pikiran saya terus menerus terbayang-bayang kejadian yang mengenaskan sekaligus memilukan tersebut. Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah yang dilakukan induk beruang adalah sebuah bentuk perwujudan cinta kasih ibu terhadap anaknya? Saya merasa demikian. Akan tetapi ini adalah bentuk cinta kasih dari ibu yang tidak berdaya. Dalam kondisi tersebut, induk beruang tidak sanggup menolong anaknya terlepas dari rantai yang mengikat beruang kecil, selama 20 tahun kedepan beruang kecil akan hidup dalam penderitaan - sebuah neraka dunia dan dalam ketidak-berdayaannya ia terpaksa membunuh anaknya lalu ia sendiri bunuh diri untuk menemani anaknya di alam lain. Anak beruang tidak lagi takut karena seorang ibu akan selalu menjaga si beruang kecil.
Selama proses pengambilan cairan empedu, sebuah besi akan digunakan untuk menusuk kantung empedu melalui lubang di perut beruang sehingga merobek membran (lapisan kulit terluar) empedu, barulah cairan empedu dapat keluar. Seluruh proses ini seringkali dilakukan tanpa tindakan pembiusan dan sterilisasi. Karena luka akibat proses ekstraksi empedu tidak pernah ditutup sehingga luka ini tidak akan pernah sembuh yang mengakibatkan kebanyakan beruang akhirnya terkena infeksi, kanker, tumor dan kematian dikarenakan peritonitis (peradangan peritoneum, selaput serosa, yang melapisi bagian dalam rongga perut dan organ di perut). Bahkan ada beberapa beruang tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa yang harus mereka jalani selama bertahun-tahun, pada akhirnya beruang-beruang tersebut mencoba bunuh diri dengan cara merobek isi perut mereka. Untuk menghindari hal ini maka manusia dengan akal piciknya membuat sebuah jubah besi yang menempel setiap hari di tubuh para beruang. Beruang-beruang ini terkurung dengan baju besinya yang mulai terlihat berkarat dan rapuh, menunjukkan proses pengambilan cairan empedu telah dilakukan dalam jumlah tidak terhitung. Beruang ini sudah terkurung selama 22 tahun!
Selama 22 tahun, beruang malang ini tidak dapat memutarkan badannya, tidak dapat berdiri tegak, yang ada hanya penderitaan, tidak ada cahaya matahari dan pepohonan, yang ada hanya kegelapan! Tidak ada kebebasan, yang adanya hanya rasa kesakitan yang luar biasa!
Beruang hitam dengan jubah besinya ini kebanyakan hanya bisa berdiri. Hanya kepala mereka yang bisa bergerak bebas, tubuh mereka sama sekali tidak dapat digerakkan. Setiap beruang terlihat kurus dan satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan hanyalah menggelengkan kepala dengan pandangan putus asa.
Jill Robinson, Ia dijuluki sebagai ibu dari para beruang hitam, pendiri Yayasan Pelindung Hewan Asia - Beliau bahkan mentatto lengan kanannya dengan aksara mandarin "月熊“ yang berarti "beruang hitam". Dalam lima tahun terakhir beliau sedang membangun pusat penyelamatan yang lebih besar, namun usahanya terbentur oleh kurangnya dana.
Setelah membaca kisah kekejaman terhadap para beruang, jika Anda tidak tega terhadap penderitaan yang dialami oleh beruang-beruang tersebut dan masih memiliki hati nurani, maka bantulah mereka dengan menyebarkan informasi tentang kejamnya proses pengambilan cairan empedu para beruang dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa beruang!
Kita semua memiliki rasa cinta kasih, marilah kita wujudkan cinta kasih dengan membantu para beruang malang ini! Dimulai dengan tegas menolak produk yang mengandung cairan empedu beruang maupun organ hewan lainnya. Karena tidak akan ada pembunuhan beruang jika tidak ada lagi permintaan akan organ mereka. Saya berharap setelah membaca kisah ini, pada saat membeli obat-obatan Anda dapat mulai lebih memperhatikan kandungannya, mintalah perhatian dari pemerintah, semua beruang ini akan sangat berterima kasih atas bantuan Anda! Mari bersama kita bebaskan berunag-beruang malang ini dari penderitaan!
Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/52280b5f1e0bc3da60000008#post52280b5f1e0bc3da60000008
Untuk menjerat beruang di alam liar, para pemburu beruang akan memangsa berbagai macam perangkap. Setelah beruang terjerat, kemungkinan besar empat buah telapaknya akan dipotong untuk dijual. Ada pula sebagian beruang yang tertangkap lalu ditempatkan di dalam kandang yang berukuran sangat kecil, beruang-beruang ini bahkan akan lebih menderita, mereka disiksa secara kejam diluar batas kemanusiaan.
Dalam proses pengambilan cairan empedu maka pada bagian perut beruang dibuat sebuah lubang yang akan dipasangkan sebuah pipa menembus empedu sehingga cairan empedu beruang dapat menetes keluar pipa tersebut; setiap hari setetes demi setetes selama kurang lebih 25 tahun. Dalam proses pemasangan pipa, darah segar menetes dari tubuh beruang, rasa sakit yang dirasakan beruang tersebut sungguh sulit dibayangkan, beruang meraung keras sambil meronta kesakitan; suaranya terdengar sangat memilukan dan mengiris hati.
Seluruh proses dilakukan tanpa menggunakan obat bius dengan tujuan untuk menghemat biaya. Rasa sakitnya sungguh luar biasa, para beruang bahkan tidak dapat menahan rasa sakit tersebut hingga mereka ingin bunuh diri dengan cara merobek perut mereka sendiri; akan tetapi manusia dengan akal liciknya memakaikan sebuah jubah besi yang membuat mereka sulit untuk bergerak sehingga tindakan bunuh diri pun tidak bisa dilakukan.
AWAL CERITA
Saya diminta seorang teman untuk menjaga "Villa Beruang" selama beberapa hari, villa ini terletak di sebuah desa terpencil dari kaki gunung di sebelah barat laut kota X. Villa milik teman saya ini berfungsi sebagai peternakan beruang. Pada hari itu, ketika malam hampir menjelang fajar, entah mengapa saya belum juga bisa tertidur. Saya mendengar hembusan angin pegunungan, seolah sedang menghantarkan suara seseorang yang sedang menjerit dalam kesedihan, kesakitan dan putus asa. Tak lama kemudian terdengar suara seperti ada orang yang berjalan di depan pintu kamar saya disertai degan suara nafas yang berat. Saya bergegas berdiri dan menghidupkan lampu. "Siapa yang d luar?" Sunyi. Tidak ada yang menjawab. Kemudian saya mengambil sebuah sapu lalu membuka pintu dengan perlahan. Ternyata seekor anak beruang sedang meringkuk di depan pintu. Tubuhnya gempal dan bulu badannya tampak halus serta masih kemerahan. Beruang kecil itu tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, ia menatap saya kemudian saya memanggilnya dengan suara selembut mungkin: "Beruang kecil, kemarilah" kataku sambil membuka kedua tangan saya seolah hendak menyambutnya ke pelukan saya, sesaat ia terlihat ragu namun tak lama kemudian ia pun merangkak terseok-seok, perlahan menghampiri saya, kemudian ia meletakkan telapak kecil di tangan saya lalu degan lidahnya yang hangat ia mulai menjilati tangan saya. Tindakannya membuat hati saya tersentuh.
Beberapa saat kemudian terdengar keributan dari arah luar, beruang kecil kembali tampak ketakutan, ia segera berlari dan bersembunyi di bawah ranjang. Lalu terdengar sebuah ketukan pintu dan saya membuka pintu dan bertanya: "ada apa?". Salah seorang pekerja berkata: "Seekor beruang kecil telah kabur dari kandang, apakah ia kesini dan mengganggu Tuan?" "Ohh.. mungkin itu beruang yang kalian maksud, dia ada disana" jawab saya sambil menunjuk ke arah bawah ranjang. Para pekerja itu segera meringkuk ke bawah ranjang, mereka langsung menyeret keluar beruang kecil dengan paksa dan kasar. Mereka mengikat kaki dan tangan anak beruang dengan tambang, menggotongnya pergidengan menyelipkan sebatang kayu panjang diantaranya. Ketika akan meninggalkan ruangan, beruang kecil itu sempat berpaling sesaat menatap saya dengan tdk berdaya, sebuah tatapan yang menyayat hati seolah memohon belas kasihan saya untuk menolongnya.
Hari menjelang pagi, salah seorang keryawan disana, Tuan Zhang membawa saya berkeliling untuk melihat kandang beruang. Kami berjalan bersama memasuki sebuah bangunan tinggi besar dengan luas sekitar beberapa mribu meter persegi tetapi anehnya di dalam bangunan terlihat kosong; hanya berisi enam kandang dan masing" kandang ditempati seekor beruang hitam besar di dalamnya. Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya saat melihat di tubuh setiap beruang terpasang semacam lempengan logam mengkilat yang menyerupai jubah besi. Tuan Zhang lalu menjelaskan kepada saya "Jubah besi itu semacam alat yang digunakan untuk mengambil sari empedu, sekarang satu gram empedu dihargai 300 Yuan".
Tuan Zhang membawa saya menuju kandang yang pertama, dengan gerakan tangannya ia hendak memberitahukan kepada saya proses pengambilan sari empedu akan dimulai. Saya melihat dua orang pekerja dengan sigap mengikat dan menarik tubuh beruang dengan katrol yang dibuat secara khusus. Lalu saya melihat tubuh beruang mulai bereaksi saat mereka mulai menariknya, kemudian dari dua sisi lempengan besi yang menyerupai jubah tersebut dikeluarkanlah sebuah selang yang agak tebal, beruang tersebut terlihat seperti menarika nafas yang dalam seolah menahan rasa sakit. Tiba" terdengan suara raungan parau dari beruang, suara ini bukan lagi suara perkasa si beruang tetapi tangiasan putus asa, kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Dengan keterbatasan tempat serta kesulitan bergerak, beruang tersebut mencoba bertahan. Matanya tampak mendelik besar, telapaknya mencengkeram dan kakinya menendang-nendang lantai di sekitarnya karena kesakitan yang dialaminya. Sesaat kemudian dari selang tersebut mengalirlah cairan empedu beruang yang berwarna hijau kebiruan. Para pekerja yang bertubuh kekar itu perlahan-lahan mulai melonggarkan tali pengikat, lalu mengulangi tindakan yang sama untuk proses pengambilan yang kedua. Air mata beruang mengalir. Serupa dengan reaksi manusia saat menderita kesakitan, beruang tersebut menggemertakkan giginya dan berbaring membungkuk menahan rasa sakit yang menderanya. Sungguh sebuah adegan yang memilukan! Hati saya terenyuh! Saya sungguh tidak tega untuk melihat proses selanjutnya dan memilih segera keluar dari tempat tersebut.
Dalam perjalanan keluar, saya baru menyadari ternyata suara tangisan pilu yang terdengar semalam adalah suara tangisan yang kesakitan yang sedang dirasakan oleh sang beruang. Tuan Zhang mengikuti saya hingga depan pintu, saat itu saya merasa sangat sedih dan dengan suara gemetar sambil menahan air mata lalu bertanya padanya: "Apakah kalian telah kehilangan hati nurani kalian? Mereka juga makhluk hidup!"
"Kalian sungguh kejam dan tidak manusiawi"
"Mau bagaimana lagi Tuan, inilah mata pencaharian kami." jawabnya dengan santai.
Setelah emosi saya lebih terkendali, saya kembali bertanya pada Tuan Zhang: "Berapa lama sekali anda melakukan pengambilan cairan empedu?"
"Tergantung kondisi, jika empedu beruang tersebut mampu menghasilkan banyak cairan maka dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pengambilan cairan, minimal dua hari sekali. Umumnya seekor beruang bisa memproduksi sebanyakn 2000 gram dan minimal bisa diambil hingga 10 tahun" jawab Tuan Zhang menjelaskan.
Saya merasa lemas setelah mendengar penjelasannya, hati saya bertambah pilu dan sedih, dua hari sekali selama 10 tahun. Jika kita melakukan sebuah kalkulasi sederhana terhadap jumlah dari proses yang dilakukan sepanjang beruang tersebut masih bertahan hidup maka hasilnya adalah angka yang sungguh mencengangkan! Dengan kata lain tindakan yang sangat kejam dan tidak manusiawi ini harus dialami dua kali sehari; mereka harus merasakan kesakitan selama 10 tahun, setidaknya harus mengalami penderitaan 7200 kali rasa sakit yang demikian luar biasa. Mereka dipaksa terus bertahan hari demi hari, tahun demi tahun. Manusia dengan stamina yang paling kuat pun tidak akan sanggup menahan penderitaan ini. Hati saya semakin terenyuh.
Saat itu juga saya memutuskan segera keluar dari villa tersebut. namun Tuan Zhang segera mencegah saya. "Tuan, sebentar lagi akan dilakukan operasi terhadap beruang kecil. Tuan tidak dapat pergi pada saat yang penting seperti ini. Keberadaan Tuan sangat penting karena anda disini mewakili Direktur Liu, jika anda tidak berada di sini dan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan lalu siapa yang akan bertanggung jawab?" ujar Tuan Zhang.
Dengan langkah yang berat saya terpaksa kembali mengikutinya ke kandang beruang. Di bawah instruksinya, ia memanggil empat pekerja yang bertubuh kekar membawa masuk si beruang kecil lalu menggunakan rantai besi mengikat erat si beruang kecil; beruang yang sama dengan yang semalam melarikan diri ke kamar saya. Beruang kecil terlihat penuh ketakutan. Ia memandang semua orang satu persatu dengan rasa takut, ketika tatapannya jatuh pada saya, matanya tampak bersinar. Dan tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya, ia menatap saya dan tatapannya seolah memohon pertolongan dari saya. Tidak terasa air mata saya mengalir. Tanpa menghiraukan tindakan si beruang kecil, tuan Zhang melambaikan tangannya seraya memerintahkan agar operasi segera dilakukan. Beruang kecil putus asa, ia mengangkat kepalanya dan menangis. Ia terus berteriak serta menangis, seperti anak kecil yang sedang ketakutan dan berteriak memanggil "Ibu... Ibu... datanglah... tolong aku. Aku takut ibu. Ibu datanglah." Akan tetapi para pekerja tersebut seolah tidak mengindahkan tangisan beruang kecil, mereka tetap bekerja sesuai instruksi.
Pada saat itu terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan, salah satu beruang besar yang berada dalam kandang mengaum keras lalu dengan telapaknya yang besar; ia mendorong kuat pintu kandang besi dan melompat keluar. Semua pekerja ketakutan, mereka serentak kabur dan lari terbirit-birit. Saat itu entah mengapa saya tidak dapat ikut berlari bersama para pekerja, saya terpaku melihat beruang besar, kaki saya serasa mati rasa serta tidak dapat digerakkan. Namun beruang besar itu seolah tidak peduli dengan keberadaan saya, ia segera melompat ke hadapan si beruang kecil, dengan cepat insting saya mengatakan bahwa beruang besar itu adalah ibu si beruang kecil. Induk beruang kemudian menggunakan telapaknya yang besar berusaha melepaskan rantai yang mengikat kuat beruang kecil. Sayangnya, sekeras apapun usaha induk beruang, ia tidak berhasil memutuskan rantai tersebut. Akhirnya dengan perasaan putus asa, beruang besar hitam itu mencium lembut anaknya, si beruang kecil. Lalu ia dengan penuh kasih sayang menjilati air mata anaknya dan dengan suaranya berusaha menenangkan anaknya yang sedang ketakutan sambil menangis. Anak beruang tidak berhenti menangis seolah-olah meminta pertolongan ibunya.
Tiba-tiba induk beruang dengan telapaknya yang besar mencengkeram leher anak beruang dengan seluruh kekuatan hingga anaknya tidak bergerak dan setelah tubuh si beruang kecil terjatuh ke lantai baru kemudian ia melepaskan cengkeramannya. Ia merintih, dengan penuh kesedihan yang mendalam menatap wajah anaknya yang sudah tidak bernafas. Induk beruang merasa sangat putus asa tidak dapat menolong anaknya, tatapannya terlihat sangat sedih dan seolah berkata "Anakku, maafkan ibu yang tidak sanggup menolongmu, setidaknya sekarang kamu tidak akan menderita lagi!" Ia kemudian mencabik-cabik bulunya sendiri, lalu merobek lempengan besi yang melekat pada tubuhnya serta selang yang ditancapkan ke dalam empedunya sehingga separuh empedunya ikut tertarik keluar mengakibatkan darah bercucuran keluar dari perutnya. Kemudian ia meraung keras dan parau lalu secara membabi buta menabrakkan diri ke dinding. "Brakkk!!" Terdengar ia menabrak dinding. Tak lama kemudian induk beruang tewas.
Setelah menyaksikan seluruh kejadian mengenaskan tersebut, saya shock! Saya sama sekali tidak ingat bagaimana saya berjalan keluar dari ruangan tersebut. Selama seharian pikiran saya terus menerus terbayang-bayang kejadian yang mengenaskan sekaligus memilukan tersebut. Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah yang dilakukan induk beruang adalah sebuah bentuk perwujudan cinta kasih ibu terhadap anaknya? Saya merasa demikian. Akan tetapi ini adalah bentuk cinta kasih dari ibu yang tidak berdaya. Dalam kondisi tersebut, induk beruang tidak sanggup menolong anaknya terlepas dari rantai yang mengikat beruang kecil, selama 20 tahun kedepan beruang kecil akan hidup dalam penderitaan - sebuah neraka dunia dan dalam ketidak-berdayaannya ia terpaksa membunuh anaknya lalu ia sendiri bunuh diri untuk menemani anaknya di alam lain. Anak beruang tidak lagi takut karena seorang ibu akan selalu menjaga si beruang kecil.
Selama proses pengambilan cairan empedu, sebuah besi akan digunakan untuk menusuk kantung empedu melalui lubang di perut beruang sehingga merobek membran (lapisan kulit terluar) empedu, barulah cairan empedu dapat keluar. Seluruh proses ini seringkali dilakukan tanpa tindakan pembiusan dan sterilisasi. Karena luka akibat proses ekstraksi empedu tidak pernah ditutup sehingga luka ini tidak akan pernah sembuh yang mengakibatkan kebanyakan beruang akhirnya terkena infeksi, kanker, tumor dan kematian dikarenakan peritonitis (peradangan peritoneum, selaput serosa, yang melapisi bagian dalam rongga perut dan organ di perut). Bahkan ada beberapa beruang tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa yang harus mereka jalani selama bertahun-tahun, pada akhirnya beruang-beruang tersebut mencoba bunuh diri dengan cara merobek isi perut mereka. Untuk menghindari hal ini maka manusia dengan akal piciknya membuat sebuah jubah besi yang menempel setiap hari di tubuh para beruang. Beruang-beruang ini terkurung dengan baju besinya yang mulai terlihat berkarat dan rapuh, menunjukkan proses pengambilan cairan empedu telah dilakukan dalam jumlah tidak terhitung. Beruang ini sudah terkurung selama 22 tahun!
Selama 22 tahun, beruang malang ini tidak dapat memutarkan badannya, tidak dapat berdiri tegak, yang ada hanya penderitaan, tidak ada cahaya matahari dan pepohonan, yang ada hanya kegelapan! Tidak ada kebebasan, yang adanya hanya rasa kesakitan yang luar biasa!
Beruang hitam dengan jubah besinya ini kebanyakan hanya bisa berdiri. Hanya kepala mereka yang bisa bergerak bebas, tubuh mereka sama sekali tidak dapat digerakkan. Setiap beruang terlihat kurus dan satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan hanyalah menggelengkan kepala dengan pandangan putus asa.
Jill Robinson, Ia dijuluki sebagai ibu dari para beruang hitam, pendiri Yayasan Pelindung Hewan Asia - Beliau bahkan mentatto lengan kanannya dengan aksara mandarin "月熊“ yang berarti "beruang hitam". Dalam lima tahun terakhir beliau sedang membangun pusat penyelamatan yang lebih besar, namun usahanya terbentur oleh kurangnya dana.
Setelah membaca kisah kekejaman terhadap para beruang, jika Anda tidak tega terhadap penderitaan yang dialami oleh beruang-beruang tersebut dan masih memiliki hati nurani, maka bantulah mereka dengan menyebarkan informasi tentang kejamnya proses pengambilan cairan empedu para beruang dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa beruang!
Kita semua memiliki rasa cinta kasih, marilah kita wujudkan cinta kasih dengan membantu para beruang malang ini! Dimulai dengan tegas menolak produk yang mengandung cairan empedu beruang maupun organ hewan lainnya. Karena tidak akan ada pembunuhan beruang jika tidak ada lagi permintaan akan organ mereka. Saya berharap setelah membaca kisah ini, pada saat membeli obat-obatan Anda dapat mulai lebih memperhatikan kandungannya, mintalah perhatian dari pemerintah, semua beruang ini akan sangat berterima kasih atas bantuan Anda! Mari bersama kita bebaskan berunag-beruang malang ini dari penderitaan!
Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/52280b5f1e0bc3da60000008#post52280b5f1e0bc3da60000008
Subscribe to:
Posts (Atom)