Untuk menjerat beruang di alam liar, para pemburu beruang akan memangsa berbagai macam perangkap. Setelah beruang terjerat, kemungkinan besar empat buah telapaknya akan dipotong untuk dijual. Ada pula sebagian beruang yang tertangkap lalu ditempatkan di dalam kandang yang berukuran sangat kecil, beruang-beruang ini bahkan akan lebih menderita, mereka disiksa secara kejam diluar batas kemanusiaan.
Dalam proses pengambilan cairan empedu maka pada bagian perut beruang dibuat sebuah lubang yang akan dipasangkan sebuah pipa menembus empedu sehingga cairan empedu beruang dapat menetes keluar pipa tersebut; setiap hari setetes demi setetes selama kurang lebih 25 tahun. Dalam proses pemasangan pipa, darah segar menetes dari tubuh beruang, rasa sakit yang dirasakan beruang tersebut sungguh sulit dibayangkan, beruang meraung keras sambil meronta kesakitan; suaranya terdengar sangat memilukan dan mengiris hati.
Seluruh proses dilakukan tanpa menggunakan obat bius dengan tujuan untuk menghemat biaya. Rasa sakitnya sungguh luar biasa, para beruang bahkan tidak dapat menahan rasa sakit tersebut hingga mereka ingin bunuh diri dengan cara merobek perut mereka sendiri; akan tetapi manusia dengan akal liciknya memakaikan sebuah jubah besi yang membuat mereka sulit untuk bergerak sehingga tindakan bunuh diri pun tidak bisa dilakukan.
AWAL CERITA
Saya diminta seorang teman untuk menjaga "Villa Beruang" selama beberapa hari, villa ini terletak di sebuah desa terpencil dari kaki gunung di sebelah barat laut kota X. Villa milik teman saya ini berfungsi sebagai peternakan beruang. Pada hari itu, ketika malam hampir menjelang fajar, entah mengapa saya belum juga bisa tertidur. Saya mendengar hembusan angin pegunungan, seolah sedang menghantarkan suara seseorang yang sedang menjerit dalam kesedihan, kesakitan dan putus asa. Tak lama kemudian terdengar suara seperti ada orang yang berjalan di depan pintu kamar saya disertai degan suara nafas yang berat. Saya bergegas berdiri dan menghidupkan lampu. "Siapa yang d luar?" Sunyi. Tidak ada yang menjawab. Kemudian saya mengambil sebuah sapu lalu membuka pintu dengan perlahan. Ternyata seekor anak beruang sedang meringkuk di depan pintu. Tubuhnya gempal dan bulu badannya tampak halus serta masih kemerahan. Beruang kecil itu tampak sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, ia menatap saya kemudian saya memanggilnya dengan suara selembut mungkin: "Beruang kecil, kemarilah" kataku sambil membuka kedua tangan saya seolah hendak menyambutnya ke pelukan saya, sesaat ia terlihat ragu namun tak lama kemudian ia pun merangkak terseok-seok, perlahan menghampiri saya, kemudian ia meletakkan telapak kecil di tangan saya lalu degan lidahnya yang hangat ia mulai menjilati tangan saya. Tindakannya membuat hati saya tersentuh.
Beberapa saat kemudian terdengar keributan dari arah luar, beruang kecil kembali tampak ketakutan, ia segera berlari dan bersembunyi di bawah ranjang. Lalu terdengar sebuah ketukan pintu dan saya membuka pintu dan bertanya: "ada apa?". Salah seorang pekerja berkata: "Seekor beruang kecil telah kabur dari kandang, apakah ia kesini dan mengganggu Tuan?" "Ohh.. mungkin itu beruang yang kalian maksud, dia ada disana" jawab saya sambil menunjuk ke arah bawah ranjang. Para pekerja itu segera meringkuk ke bawah ranjang, mereka langsung menyeret keluar beruang kecil dengan paksa dan kasar. Mereka mengikat kaki dan tangan anak beruang dengan tambang, menggotongnya pergidengan menyelipkan sebatang kayu panjang diantaranya. Ketika akan meninggalkan ruangan, beruang kecil itu sempat berpaling sesaat menatap saya dengan tdk berdaya, sebuah tatapan yang menyayat hati seolah memohon belas kasihan saya untuk menolongnya.
Hari menjelang pagi, salah seorang keryawan disana, Tuan Zhang membawa saya berkeliling untuk melihat kandang beruang. Kami berjalan bersama memasuki sebuah bangunan tinggi besar dengan luas sekitar beberapa mribu meter persegi tetapi anehnya di dalam bangunan terlihat kosong; hanya berisi enam kandang dan masing" kandang ditempati seekor beruang hitam besar di dalamnya. Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya saat melihat di tubuh setiap beruang terpasang semacam lempengan logam mengkilat yang menyerupai jubah besi. Tuan Zhang lalu menjelaskan kepada saya "Jubah besi itu semacam alat yang digunakan untuk mengambil sari empedu, sekarang satu gram empedu dihargai 300 Yuan".
Tuan Zhang membawa saya menuju kandang yang pertama, dengan gerakan tangannya ia hendak memberitahukan kepada saya proses pengambilan sari empedu akan dimulai. Saya melihat dua orang pekerja dengan sigap mengikat dan menarik tubuh beruang dengan katrol yang dibuat secara khusus. Lalu saya melihat tubuh beruang mulai bereaksi saat mereka mulai menariknya, kemudian dari dua sisi lempengan besi yang menyerupai jubah tersebut dikeluarkanlah sebuah selang yang agak tebal, beruang tersebut terlihat seperti menarika nafas yang dalam seolah menahan rasa sakit. Tiba" terdengan suara raungan parau dari beruang, suara ini bukan lagi suara perkasa si beruang tetapi tangiasan putus asa, kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Dengan keterbatasan tempat serta kesulitan bergerak, beruang tersebut mencoba bertahan. Matanya tampak mendelik besar, telapaknya mencengkeram dan kakinya menendang-nendang lantai di sekitarnya karena kesakitan yang dialaminya. Sesaat kemudian dari selang tersebut mengalirlah cairan empedu beruang yang berwarna hijau kebiruan. Para pekerja yang bertubuh kekar itu perlahan-lahan mulai melonggarkan tali pengikat, lalu mengulangi tindakan yang sama untuk proses pengambilan yang kedua. Air mata beruang mengalir. Serupa dengan reaksi manusia saat menderita kesakitan, beruang tersebut menggemertakkan giginya dan berbaring membungkuk menahan rasa sakit yang menderanya. Sungguh sebuah adegan yang memilukan! Hati saya terenyuh! Saya sungguh tidak tega untuk melihat proses selanjutnya dan memilih segera keluar dari tempat tersebut.
Dalam perjalanan keluar, saya baru menyadari ternyata suara tangisan pilu yang terdengar semalam adalah suara tangisan yang kesakitan yang sedang dirasakan oleh sang beruang. Tuan Zhang mengikuti saya hingga depan pintu, saat itu saya merasa sangat sedih dan dengan suara gemetar sambil menahan air mata lalu bertanya padanya: "Apakah kalian telah kehilangan hati nurani kalian? Mereka juga makhluk hidup!"
"Kalian sungguh kejam dan tidak manusiawi"
"Mau bagaimana lagi Tuan, inilah mata pencaharian kami." jawabnya dengan santai.
Setelah emosi saya lebih terkendali, saya kembali bertanya pada Tuan Zhang: "Berapa lama sekali anda melakukan pengambilan cairan empedu?"
"Tergantung kondisi, jika empedu beruang tersebut mampu menghasilkan banyak cairan maka dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pengambilan cairan, minimal dua hari sekali. Umumnya seekor beruang bisa memproduksi sebanyakn 2000 gram dan minimal bisa diambil hingga 10 tahun" jawab Tuan Zhang menjelaskan.
Saya merasa lemas setelah mendengar penjelasannya, hati saya bertambah pilu dan sedih, dua hari sekali selama 10 tahun. Jika kita melakukan sebuah kalkulasi sederhana terhadap jumlah dari proses yang dilakukan sepanjang beruang tersebut masih bertahan hidup maka hasilnya adalah angka yang sungguh mencengangkan! Dengan kata lain tindakan yang sangat kejam dan tidak manusiawi ini harus dialami dua kali sehari; mereka harus merasakan kesakitan selama 10 tahun, setidaknya harus mengalami penderitaan 7200 kali rasa sakit yang demikian luar biasa. Mereka dipaksa terus bertahan hari demi hari, tahun demi tahun. Manusia dengan stamina yang paling kuat pun tidak akan sanggup menahan penderitaan ini. Hati saya semakin terenyuh.
Saat itu juga saya memutuskan segera keluar dari villa tersebut. namun Tuan Zhang segera mencegah saya. "Tuan, sebentar lagi akan dilakukan operasi terhadap beruang kecil. Tuan tidak dapat pergi pada saat yang penting seperti ini. Keberadaan Tuan sangat penting karena anda disini mewakili Direktur Liu, jika anda tidak berada di sini dan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan lalu siapa yang akan bertanggung jawab?" ujar Tuan Zhang.
Dengan langkah yang berat saya terpaksa kembali mengikutinya ke kandang beruang. Di bawah instruksinya, ia memanggil empat pekerja yang bertubuh kekar membawa masuk si beruang kecil lalu menggunakan rantai besi mengikat erat si beruang kecil; beruang yang sama dengan yang semalam melarikan diri ke kamar saya. Beruang kecil terlihat penuh ketakutan. Ia memandang semua orang satu persatu dengan rasa takut, ketika tatapannya jatuh pada saya, matanya tampak bersinar. Dan tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya, ia menatap saya dan tatapannya seolah memohon pertolongan dari saya. Tidak terasa air mata saya mengalir. Tanpa menghiraukan tindakan si beruang kecil, tuan Zhang melambaikan tangannya seraya memerintahkan agar operasi segera dilakukan. Beruang kecil putus asa, ia mengangkat kepalanya dan menangis. Ia terus berteriak serta menangis, seperti anak kecil yang sedang ketakutan dan berteriak memanggil "Ibu... Ibu... datanglah... tolong aku. Aku takut ibu. Ibu datanglah." Akan tetapi para pekerja tersebut seolah tidak mengindahkan tangisan beruang kecil, mereka tetap bekerja sesuai instruksi.
Pada saat itu terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan, salah satu beruang besar yang berada dalam kandang mengaum keras lalu dengan telapaknya yang besar; ia mendorong kuat pintu kandang besi dan melompat keluar. Semua pekerja ketakutan, mereka serentak kabur dan lari terbirit-birit. Saat itu entah mengapa saya tidak dapat ikut berlari bersama para pekerja, saya terpaku melihat beruang besar, kaki saya serasa mati rasa serta tidak dapat digerakkan. Namun beruang besar itu seolah tidak peduli dengan keberadaan saya, ia segera melompat ke hadapan si beruang kecil, dengan cepat insting saya mengatakan bahwa beruang besar itu adalah ibu si beruang kecil. Induk beruang kemudian menggunakan telapaknya yang besar berusaha melepaskan rantai yang mengikat kuat beruang kecil. Sayangnya, sekeras apapun usaha induk beruang, ia tidak berhasil memutuskan rantai tersebut. Akhirnya dengan perasaan putus asa, beruang besar hitam itu mencium lembut anaknya, si beruang kecil. Lalu ia dengan penuh kasih sayang menjilati air mata anaknya dan dengan suaranya berusaha menenangkan anaknya yang sedang ketakutan sambil menangis. Anak beruang tidak berhenti menangis seolah-olah meminta pertolongan ibunya.
Tiba-tiba induk beruang dengan telapaknya yang besar mencengkeram leher anak beruang dengan seluruh kekuatan hingga anaknya tidak bergerak dan setelah tubuh si beruang kecil terjatuh ke lantai baru kemudian ia melepaskan cengkeramannya. Ia merintih, dengan penuh kesedihan yang mendalam menatap wajah anaknya yang sudah tidak bernafas. Induk beruang merasa sangat putus asa tidak dapat menolong anaknya, tatapannya terlihat sangat sedih dan seolah berkata "Anakku, maafkan ibu yang tidak sanggup menolongmu, setidaknya sekarang kamu tidak akan menderita lagi!" Ia kemudian mencabik-cabik bulunya sendiri, lalu merobek lempengan besi yang melekat pada tubuhnya serta selang yang ditancapkan ke dalam empedunya sehingga separuh empedunya ikut tertarik keluar mengakibatkan darah bercucuran keluar dari perutnya. Kemudian ia meraung keras dan parau lalu secara membabi buta menabrakkan diri ke dinding. "Brakkk!!" Terdengar ia menabrak dinding. Tak lama kemudian induk beruang tewas.
Setelah menyaksikan seluruh kejadian mengenaskan tersebut, saya shock! Saya sama sekali tidak ingat bagaimana saya berjalan keluar dari ruangan tersebut. Selama seharian pikiran saya terus menerus terbayang-bayang kejadian yang mengenaskan sekaligus memilukan tersebut. Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah yang dilakukan induk beruang adalah sebuah bentuk perwujudan cinta kasih ibu terhadap anaknya? Saya merasa demikian. Akan tetapi ini adalah bentuk cinta kasih dari ibu yang tidak berdaya. Dalam kondisi tersebut, induk beruang tidak sanggup menolong anaknya terlepas dari rantai yang mengikat beruang kecil, selama 20 tahun kedepan beruang kecil akan hidup dalam penderitaan - sebuah neraka dunia dan dalam ketidak-berdayaannya ia terpaksa membunuh anaknya lalu ia sendiri bunuh diri untuk menemani anaknya di alam lain. Anak beruang tidak lagi takut karena seorang ibu akan selalu menjaga si beruang kecil.
Selama proses pengambilan cairan empedu, sebuah besi akan digunakan untuk menusuk kantung empedu melalui lubang di perut beruang sehingga merobek membran (lapisan kulit terluar) empedu, barulah cairan empedu dapat keluar. Seluruh proses ini seringkali dilakukan tanpa tindakan pembiusan dan sterilisasi. Karena luka akibat proses ekstraksi empedu tidak pernah ditutup sehingga luka ini tidak akan pernah sembuh yang mengakibatkan kebanyakan beruang akhirnya terkena infeksi, kanker, tumor dan kematian dikarenakan peritonitis (peradangan peritoneum, selaput serosa, yang melapisi bagian dalam rongga perut dan organ di perut). Bahkan ada beberapa beruang tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa yang harus mereka jalani selama bertahun-tahun, pada akhirnya beruang-beruang tersebut mencoba bunuh diri dengan cara merobek isi perut mereka. Untuk menghindari hal ini maka manusia dengan akal piciknya membuat sebuah jubah besi yang menempel setiap hari di tubuh para beruang. Beruang-beruang ini terkurung dengan baju besinya yang mulai terlihat berkarat dan rapuh, menunjukkan proses pengambilan cairan empedu telah dilakukan dalam jumlah tidak terhitung. Beruang ini sudah terkurung selama 22 tahun!
Selama 22 tahun, beruang malang ini tidak dapat memutarkan badannya, tidak dapat berdiri tegak, yang ada hanya penderitaan, tidak ada cahaya matahari dan pepohonan, yang ada hanya kegelapan! Tidak ada kebebasan, yang adanya hanya rasa kesakitan yang luar biasa!
Beruang hitam dengan jubah besinya ini kebanyakan hanya bisa berdiri. Hanya kepala mereka yang bisa bergerak bebas, tubuh mereka sama sekali tidak dapat digerakkan. Setiap beruang terlihat kurus dan satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan hanyalah menggelengkan kepala dengan pandangan putus asa.
Jill Robinson, Ia dijuluki sebagai ibu dari para beruang hitam, pendiri Yayasan Pelindung Hewan Asia - Beliau bahkan mentatto lengan kanannya dengan aksara mandarin "月熊“ yang berarti "beruang hitam". Dalam lima tahun terakhir beliau sedang membangun pusat penyelamatan yang lebih besar, namun usahanya terbentur oleh kurangnya dana.
Setelah membaca kisah kekejaman terhadap para beruang, jika Anda tidak tega terhadap penderitaan yang dialami oleh beruang-beruang tersebut dan masih memiliki hati nurani, maka bantulah mereka dengan menyebarkan informasi tentang kejamnya proses pengambilan cairan empedu para beruang dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa beruang!
Kita semua memiliki rasa cinta kasih, marilah kita wujudkan cinta kasih dengan membantu para beruang malang ini! Dimulai dengan tegas menolak produk yang mengandung cairan empedu beruang maupun organ hewan lainnya. Karena tidak akan ada pembunuhan beruang jika tidak ada lagi permintaan akan organ mereka. Saya berharap setelah membaca kisah ini, pada saat membeli obat-obatan Anda dapat mulai lebih memperhatikan kandungannya, mintalah perhatian dari pemerintah, semua beruang ini akan sangat berterima kasih atas bantuan Anda! Mari bersama kita bebaskan berunag-beruang malang ini dari penderitaan!
Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/52280b5f1e0bc3da60000008#post52280b5f1e0bc3da60000008